delapan menit sebelum dentang 24.. 00.00
tiga jam lalu sudah kelelahan..sayup2 sudah matanya, samBil agak tiduran, sambil baca buku Dan Brown dengan sangat tidak konsen (karena aselinya saya tidak begitu tertarik sebelumnya, ternyata pas udah baca, menarik juga:)
sms masuk 21.37.. sms dari seorang yang hampir tiga tahun terakhir ku kenal di kampus.. memberi semangat, mengalirkan rasa optimis.. dan ngantuk itu ilang. aku lanjutkan sejenak membaca Dan Brown itu..baru sampai Bab 25, entah otak saya yang lambat atau apa.. saya sering mengulang-ulang halamannya untuk sekedar mengerti maksudnya.. dan saya melirik si samsung, teringat draft laporan KP, dari tadi juga dah niat sih mau ngerjain.. akhirnya.. batas Bab 25 saja dulu Dan Brown-nya..
buka laptop, ambil pulpen, buku catetan, referensi,
Bismillah..
Mengingat perjalanan hidup.. jeda lagi (ah chat, apa kau tak terlalu banyak mengambil jeda??) biarlah.. saya butuh ini agar tetap "hidup", ya jeda itu yang membuat saya "bertahan"
tujuh, delapan, sembilan dan sepuluh tahun yang lalu saya tumbuh amat membanggakan (hehe..ups..) setidaknya, ibu sering (diam2) tersenyum mendengar prestasi saya, juara kelas, menang cerdas cermat, ikut debat bahasa inggris, menang lomba geguritan, tenis meja, paskibra, beasiswa, buku gratis, juara kelas, dan tentu juara umum :D
atau bapak ibu guru yang menjabat tangan saya bangga, "selamat nak.."..
atau berangkulan bersama sahabat dan kawan..
dan diam2 pula ibu atau bapak menceritakan bangga tentang prestasi2 itu..
aahh..itu dulu chat.. hampir enam tahun terakhir bagaimana kabarnyaa??
saya juga tidak tahu (atau tidak mau tahu) apa sebabnya..
lima setengah tahun lalu, dengan setumpuk optimisme saya mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.. kehidupan yang relatif hedon, kawan2 baru yang cukup strenght, hehe.. juga kompetisinya yang ketat.. saya berusaha mengikuti iramanya.. ekstrakurikuler, pembinaan olimpiade..
dan lagi2 saya tidak tahu..
ada yang tercerabut..
tahun kedua saya kehilangan setumpuk optimisme yang saya bawa itu (sampai hari ini--mungkin)
padahal.. sering saya melewatkan waktu mudik, atau senja berpuasa dengan guyuran hujan.. sudah tak ada angkot, menunggu bis malam2 di jalan patriot, ditemani bapak2 becak, berbuka di dalam bis (yang gelap) dan sendirian..atau sekedar menumpang shalat maghrib di rumah dekat jalan patriot itu.. yaa, itu episode sepulang dari pembinaan olimpiade.. yang menggigil.. yang takut.. yang heroik.. yang haru.. yang biru..
aduuuhh.. jadi inget gini...
dan detik ini--detik kesekian semenjak lima setengah tahun lalu.. saya ingin menemukan serpih itu.. yaa, serpih optimisme itu.. serpih semangat pantang lelah itu.. serpih berusaha keras itu.. serpih cita-cita yang tinggi..
Duhai..
Apakah hamba belum rela menukarkannya dengan apa yang Engkau janjikan?? sehingga Engkau enggan memberiku kesempatan?? atau aku akan menjadi congkak setelah mendapat yang kuinginkan??
Robb..
bolehkah.. detik ini hamba mengaku.. hamba sungguh lelah.. hamba sungguh putus asa... hamba sungguh tak berdaya... hamba sungguh kebingungan... hamba sungguh tak tahu..
dan kesimpulan pendek, bodoh dan ngaco itupun sekarang sering mengganggu: jamilah engga, sholihah apalagi, fathonah jauh banget, trus ngapain hidup?? ke laut aja..
ditengah kawan2 yang luar biasa soal akademik, mudah dibawa isu soal politik kampus, mudah juga menghalalkan segala cara demi transkrip, jugaa diantara makhluk yang saling memilih simbiosis mutualisme..
terjebak. Yaa..aku terjebak, bahkan untuk berdakwah.
hampir enam tahun terakhir.. tak pernah saya melihat senyum itu lagi.. senyum ibu yang bangga.. justru sebaliknya..luka
Ampuni hamba..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar