Senin, 29 April 2013

Satu Kaki, KerjaKeras, dan Sabar tanpa Tepi

      Airmata para dosen jatuh. Standing applause di ruang teater Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membahana. Diantara mereka sampai tidak ada yang sanggup berdiri. Tiada kebanggaan dimiliki seorang dosen dan keluarga menyaksikan ujian hidup sesosok mahasiswi dengan predikat Indeks Prestasi (IP) tertinggi meski selama bertahun-tahun dihantam keterbatasan. Sejarah telah tercatat. Melly dianugerahi Alumni Terbaik FIDKOM 2010 pada saat pelepasan Wisudawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kendati selama ini hidup dengan satu kaki. Sebelah kakinya harus diamputasi setelah penyakit kanker tulang menyerangnya di pertengahan kuliah. Ya meski begitu, Melly tidak mau menyerah pada kenyataan. Ia mendapat gelar cumlaude jauh di atas para mahasiswa lainnya, termasuk mahasiswa yang kedua kakinya masih lengkap.
     Melly akhirnya keluar setelah memberi pidato sambutannya di ruangan teater Profesor Aqib Suminto. Ia dipapah dengan kursi roda. Memang tidak ada lagi gerak enerjiknya, tapi semua mahasiswa UIN mengelu-elukan namanya. Lebih dari Ahmadinejad ketika mengunjungi UIN Jakarta 2008 silam. Sedangkan beberapa dosen masih terdiam, hanya lelehan air mata turun dari keikhlasan hati melepas Melly dari UIN. Melly tersenyum, tangannya terkepal. Di hatinya, ia puas berhasil membuktikan kepada semua orang bahwa jarak antara keterbatasan diri dan kecintaan terhadap ilmu lebih tipis dari kulit bawang!.
Perjalanan Awal Melly
      Nama aslinya adalah Nurmeilita. Tipikal mahasiswi berkerudung lebar yang tidak percaya bahwa hidup tidak bisa ditaklukan. Bahwa satu-satunya cara menaklukan ketakutan adalah dengan menghadapinya. Sayyid Quthb berkelamin feminim yang menyatakan lebih baik mati daripada menyerah pada keterbatasan. Namanya kini tertanam pada seluruh mahasiswa FIDKOM. Bahwa Allah, Kita, dan Arti Sebuah Perjuangan adalah keniscayaan.
     Alumni salah satu SMA Negeri favorit di Bekasi ini memang unik. Kalau banyak jebolan SMA memilih untuk kuliah di kampus umum, Melly lebih memilih kuliah di UIN. Itupun bukan di Fakultas Kedokteran, Sains, dan MIPA. Ia memilih jalur Ilmu Dakwah dengan jurusan Konseling Islam. Dengan akal yang masih polos, banyak orang bertanya padanya, “Mau cari mati dengan gaya apa seorang siswa lulusan SMA masuk ke Fakultas Keislaman di UIN yang ketat dalam studi keagamaan. Modal Rohis kuliah disini belum cukup. Hasan Al Banna bisa menjadi Sartre di UIN.” Maklum kala itu UIN Jakarta mendapat kekhawatiran tingkat tinggi setelah para mahasiswa jurusan Akidah Filsafat di UIN Sunan Gunung Djati Bandung melakukan penistaan terhadap Allah. Kala itu stigma kampus kami berubah dari Institut Agama Islam Negeri (sebelum menjadi UIN) diplesetkan menjadi “Ingkar Allah Ingkar Nabi”. Cibiran itu terasa betul. Lebih pedas dari cabai rawit sekalipun.
    Melly kali pertama masuk UIN Jakarta pada tahun 2004. Memulai karir sebagai mahasiswa semester satu seperti pada umumnya: polos, manut kata senior dan pasrah mengikuti Program Pengenalan Studi dan Almamater (Propesa atau Ospek sebagaimana kita mengenalnya). Saat tiba giliran bagi tiap mahasiswa baru memberikan pandangan tentang jurusan barunya di UIN, Melly tampil memberikan beberapa patah kata. Dari situ orang sudah berkesimpulan bahwa Melly bukan orang sembarangan. Gaya bicaranya bukan seperti anak SMA. Ia sudah berani membeberkan bahasa-bahasa ilmiah di tiap kalimat pembukanya. Tampaknya ia sadar, ia bukan lagi anak remaja.
Detik-detik Menghadapi Ujian
Setelah berjalan satu tahun kedepan, Melly berkembang menjadi mahasiswi UIN yang berbeda. Kecintaannya terhadap ilmu membawanya menjadi mahasiswi yang melebihi usianya. Melly seperti bukan mahasiswi UIN berumuran 19 tahun pada umumnya. Kecintaannya terhadap ilmu membuatnya sering terlihat nongkrong di perpustakaan ketimbang menghabiskan waktu di bioskop. Mengutak-atik isi buku daripada larut dalam pergaulan semu.

Nilai semester awalnya selalu diatas 3,5. Berkat kecerdasannya, sebagai presiden BEM (Sistem di UIN mengharuskan menyebut pemimpin BEM, dengan sebutan presiden bukan ketua) saya mengamanahkannya untuk mengisi pos Departemen Keilmuan. Sebuah departemen yang tentunya terhitung danger bagi tiap-tiap BEM di UIN. Departemen ini harus aktif mengadakan seminar, kuliah umum, pelatihan, hingga diskusi-diskusi mingguan yang temanya pun tidaklah ringan. Selain tema ke-Islaman, beberapa kali kajian ini juga membahas tentang Pendekatan Rasional Emotif, Behavioris, hingga Logoterapi. Kami ingin mahasiswa memiliki framework seimbang antara kuat dengan spirit keislaman tapi tidak awam jika suatau saat dihantam oleh gagasan Barat. Dan Melly menikmati itu. Ia memang sangat menyukai diskusi dengan nalar kritisnya yang tajam. Maklum Melly besar di Lembaga Dakwah Kampus, ia memiliki framework Islam yang cukup kuat untuk tidak begitu saja menerima pandangan di luar Islam.
Waktu berganti waktu, hingga kemudian Melly mulai mengidap penyakit misterius. Teman-temannya tidak lagi melihatnya di kampus. Aura tidak sedap mulai meliputi perasaan kami semua. Kabar angin tidak begitu jelas memberitahu dimana keberadaan Melly saat itu. Hingga kemudian kami mendapat informasi, Melly kini menderita kelumpuhan dalam arti sebenarnya. Ya mahasiswi penikmat panjat gunung itu terbaring tidak bisa kemana-mana. Kakinya terdiam tak dapat bergerak, sedangkan di dalam kerudungnya kerontokan mulai meliputi mahkotanya satu per satu. Mata kami tercengang mendengar berita menyakitkan itu.
Kawan-kawan kami pun kemudian bergegas mengunjunginya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat. Setelah membuka pintu kamar, rekan-rekan sekelas Melly menutup mulut kecilnya. Mereka jatuh haru berderai air mata melihat sosok gadis enerjik dan periang tersebut telah terkulai lemah. Sebagian civitas akademika mahasiswa Konseling Islam tidak mampu berkata apa-apa. Jiwa kami terbungkam. Melly yang kami kenal sebagai mahasiswi solehah sedang diberi ujian maha dahsyat oleh Allah. Sampai-sampai kami beranggapan inikah akhir dari perjalanan hidup Melly? Melihat beratnya ujian yang ia alami.
Ketegaran Seorang Pecinta Ilmu Yang Pantang Menyerah
Uniknya, keharuan dari para sahabat dengan cepat ia tepis. Melly dengan gaya tomboynya menyadarkan kawan-kawan untuk tidak bersusah payah menangisi dirinya. Melly adalah tipikal wanita tegar, ia benci air mata. Apalagi sengaja disuguhkan untuk dirinya. Bahkan berkali-kali Melly harus menyadarkan temannya bahwa ia tidak seburuk yang kami perkirakan. Walau Melly sadar betul kankernya bisa merenggut nyawanya sewaktu-waktu. “Tapi sumpah, Mel baik-baik aja kok.” ucapnya menyiratkan ia tidak ingin kita semua larut dalam kesedihan panjang.
Di tengah keterbatasan itu, ada cita-cita yang tidak ikut lumpuh seperti kakinya. Sekalipun kondisinya amat lemah, namun kecintaannya terhadap ilmu membuatnya tetap ingin melanjutkan kuliah. Meski pada akhirnya, ia harus siap menganggung beban: bolak-balik ke perpus, naik lift dengan kursi roda, mengejar mata kuliah meski harus bertarung dengan harapan!. Itu pun belum dihitung rasa sakitnya. Namun, bukan Melly namanya jika menyerah pada kenyataan. Ia telah berikrar untuk tidak menangis. Keinginan terkuatnya adalah memberikan kado manis kepada Allah dan keluarga tercinta tentang makna terindah seorang pecinta ilmu. Meski tak berapa lama lagi ia hanya memiliki satu kaki. Beberapa kali ia sempat mendiskusikan skripsinya dengan saya. Kala itu saya sendiri sudah dalam tingkat akhir menyelesaikan kuliah. saya memang memiliki pengalaman diskusi panjang dengan Melly. Menurut penulis, Melly adalah salah satu mahasiswi yang cukup berani hadir untuk diskusi dengan mahasiswa yang lebih senior. Ia cukup “tahan” diajak untuk menelanjangi psikoanalisis. Ya psikologi vulgar yang mengatakan tuhan itu hanya hasil ilusi manusia.
Tidak hanya disitu, sebelumnya Melly sadar. Ia harus diuji kembali oleh beberapa nilai kuliahnya yang belum ia ambil di semester tujuh. Termasuk mata kuliah lainnya yang mesti mengulang di semester awal. Hingga jika ditotal keseluruhan ada tujuh mata kuliah yang harus ia ambil. Bayangkan di tengah kondisi kaki tak bisa digerakkan, ia tetap rajin ke kampus menyelesaikan segala kekurangannya. Dan itu benar-benar dilakukannya lebih dari ikhlas, meski jarak Bekasi-Ciputat terlalu jauh bagi seorang perempuan yang diuji dengan keterbatasan. Namun sekali lagi, kesabaran dan kekuatan memupuskan segala ketakutannya. Melly yakin Allah akan memperlakukannya dengan baik, jika ia selalu berusaha dan berdoa, meski ia kini berkursi roda.
Seiring berjalannya waktu, ujian Allah betul-betul menyentuh titik terlemah tubuhnya. Melly harus menerima kenyataan pahit bahwa dokter pengasuhnya di RSCM memberi tahu sang keluarga bahwa kaki si buah hati harus segera diamputasi. Dengan penuh ketegaran, Melly memasrahkan dirinya kepada Allah. Aktifis dakwah kampus ini bersiap hidup dengan kaki pincang. Kanker bisa jadi adalah keladi yang menggagalkan kehidupannya. Tapi Melly paham betul bahwa kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah. Melly boleh kecewa, tapi tidak untuk kecewa kepada Allah.
Setelah operasi selesai dilaksanakan, Melly sadar dari pembiusannya. Dengan kekuatan mentalnya, ia memberanikan diri mengangkat kepala untuk melihat kakinya. Melly tersenyum meratapi sebelah kakinya telah menghilang. Namun ia tetap tidak mau menyerah. Bagaimanapun hidup harus terus berlanjut. Tak berapa lama ia kemudian mengerjakan segala tugas kuliah di pembaringan RSCM. Ya tujuh mata kuliah yang belum sempat usai ia ambil, karena keburu menjalani operasi. Semuanya berjalan beriringan ditengah rintihannya menahan rasa sakit pasca operasi.
Setelah semua mata kuliahnya selesai, ujian kembali datang. Ia ingat masih ada satu lagi hutangnya kepada kampus, yakni membuat skripsi. Subhanallah lagi-lagi Melly tak putus asa. Ia sama sekali tak berniat melempar handuk lalu memilih berkutat dengan rasa sakitnya. Bayangkan Melly pun juga tidak memelas kepada pihak kampus agar ia dibebaskan dari skripsi. Inilah yang melatarbelakangi saya tidak menyesal memberinya posisi Departemen Keilmuan kepadanya saat saya menjadi ketua BEM. Bahkan di BEM, Melly juga ikut membantu bidang departemen yang lain. Dalam acara training motivasi, safari dakwah, mabit, pelatihan, ta’aruf mahasiswa baru, dan sebagainya. Melly selalu hadir disitu. Ibarat kata Melly selalu memberi semangat jika BEM kami “kurang darah”. Sampai disitu, kami sama sekali tidak terfikir tentang bakal ujian apa yang akan menimpanya. Tidak ada satupun tanda-tanda mengarah kesana.
Kado Terindah Dari Allah
Akhirnya dengan kerja kerasnya selama ini, Melly berhasil menyelesaikan skripsi dengan baik. Semuanya dilakukan di kasur pembaringan, lengkap dengan rasa sakit yang terus menggerogoti tubunya. Keletihan pasca operasi dan proses menjalani Kemoterapi tiap harinya.
Melly kemudian menjalani Sidang Munaqosyah. Di hadapan para penguji, ia menjelaskan tentang penelitiannya. Dosen tidak merasakan betapa di tengah presentasinya, Melly sebenarnya menahan rasakan sakitnya. Senyum Melly membuat orang lupa bahwa ia masih menjalani Kemoterapi secara intens di RSCM. Semua keluarga hanya bisa bangga dalam hati betapa Melly begitu trengginas menjawab pertanyaan penguji. Mereka bangga bukan karena Melly adalah mahasiswi pintar, mereka bukan bangga karena sang buah hati adalah bidadari cinta yang berhasil bertahan di tengah kondisi tak berperi, tapi mereka bangga telah dikaruniai seorang buah hati yang kuat imannya dan tak pernah sekalipun terlontar dari mulutnya tentang arti kekecewaannya kepada Allah.
Sampai pada waktu setelah selesai sidang, ia tidak sadar bahwa nilai skripsinya tergolong tinggi. Baginya, ia sudah cukup bersyukur dengan bisa menyelesaikan skripsi ini. Namun sapa nyana, logika seorang Melly masih jauh dibawah rencana Allah. Kejutan itu datang, saat ia diwisuda. Melly mendapat kabar gembira bahwa ia telah berhasil mencatatkan dirinya sebagai mahasiswa dengan indeks prestasi tertinggi di fakultas (cumlaude) dan berhak atas gelar alumni terbaik. Ya mahasiswi satu-satunya dalam sejarah UIN yang mendapatkan gelar mahasiswa terbaik meski hanya memiliki satu buah kaki. Satu-satunya mahasiswa yang tidak memberi ruang bagi air mata untuk menyerah. Melly adalah bukti bahwa tauhid bukan sekedar kata kunci, tapi juga kata kerja. Kerja nyata untuk membangun harapan kepada Allah setelah diuji dengan pemaknaan.
Saya mengucapkan tasbih berkali-kali. Bagaimana mungkin orang yang saya kenal hidup dengan keterbatatsan, meski bolak-balik RSCM-Ciputat untuk Kemoterapi, meski menahan sakit dalam mengerjakan skripsi, harus tetap semangat meski harapan diguncang kenyataan, bisa memiliki IP cumlaude dan menduduki peringkat IP tertinggi Se FIDKOM serta yakin Allah dibelakang ini semua. Melly adalah kata. Fragmentasi keterpecahan rasa takut untuk menjadi energi. Jangan pernah katakan tidak pada keterbatasan.
Ketika saya mengkonfirmasi kepada Ketua Jurusan apakah gelar terbaik itu hanyalah kado dari Dekanat atas jerih payahnya selama ini. Ketua Jurusan itu menampik dengan keras. Ia mengatakan bahwa Melly lulus murni, tanpa ada bantuan keringanan nilai atas simpati dosen meski secuil. Subhanallah. Inikah janji Allah atas seorang pecinta ilmu yang mengerahkan segala daya ikhtiarnya hanya kepada Allah.
Kita mungkin kemudian mencoba bertanya, bagaimana dengan masa depan Melly seterusnya. Sebagai seorang wanita, adalah lumrah bahwa mungkin cinta adalah kata yang jauh jika melihat kondisinya. Saat itu saya membuka HP dan mengirim pesan selamat kepadanya. Saya kemudian malah terkejut saat diberi tahu bahwa ada bonus dari Allah untuk dirinya. Bahwa ternyata ia telah menikah sesaat setelah dirinya diwisuda. Seorang dosen dari IPB telah berhasil memikat hatinya. Subhanallah dengan kondisi seperti ini, Melly masih sanggup menikah dan yakin bahwa keadilan Allah adalah nyata.Saya kemudian bertanya-tanya inikah yang dijanjikan Allah tentang orang-orang yang bersabar, tentang kisah orang-orang yang memakai akalnya untuk berfikir, bukan untuk kecewa.

Betatapun Hancurnya Kita, Yakinlah Allah Tetap Bersama Kita.
Ikhwah fillah, ada satu fase dalam hidup kita, betapa kekecewaan bisa menghadapkan kita pada jalan kenistaan. Kadang ujian dan cobaan Allah menjadi buah bibir kita atas sumpah serapah kita kepada Allahuta’ala. Ikhwah fillah, sadarlah, Allah akan menguji kita di titik terlemah kita. Allah akan menyentuh di bagian terpenting yang menjadi ciri ketidakberdayaan kita. Apakah itu kehilangan anggota tubuh kita, kehilangan fungsi tubuh kita, hingga kehilangan daya tubuh kita. Namun yakinlah ikhwah jika itu tidak dapat kita tanggulangi dengan hati jernih, bukan tidak mungkin hal itu akan berdampak pada konten yang lebih dalam lagi. Dimulai dengan kehilangan iman kita, kehilangan fungsi iman kita, hingga kehilangan daya iman kita. Namun yakinlah ikhwah, sekalipun Allah menguji di titik terlemah kita, Allah tidak akan tega membiarkan hambaNya sampai betul-betul menjadi lemah.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Al Baqoroh 286)

tulisan: Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
ah, malu sekali..
malu sekali........
T.T
eh iya itu judul sebikin bikinnya saya,bukan judul aslinya :D

menjadi [dewasa]

terimakasih asa :D

ini tulisannya asa, selamat membaca ^^



Tentang ini kurasakan sesaat begitu berat. Ku minta pada Allah setiap saat agar aku segera mengerti apa maksud Allah di balik cerita ini, di belakang kejadian ini. Sampai pada hari ini, kutemukan secara tak sengaja seorang perempuan, kemudian ku coba mengenal profilnya, membaca banyak ceritanya. Dan mungkin Allah bermaksud menyampaikan umurku pada hari ini, pada kejadian ini, dan pada pemahaman ini. Bahwa tak seharusnya aku mengeluh atas apa yang terjadi padaku. Karena setiap manusia diciptakan lengkap dengan detail baik-buruk desain hidupnya dalam domain waktu (t). Masih ada orang dengan cobaan dan jalan yang lebih terjal. Biarlah ini menjadi pembelajaran, untuk menikmati susahnya mengendalikan sabar dan menikmati akhir yang manis. Bahwa Allah selalu punya rencana terbaik, aku percaya. 

terima kasih, Allah...
selalu tak dapat kutebak bagaimana caraMu memberitahu alurku,
selalu kagum dengan desainMu untuk mendewasakanku,
sampaikanlah pemahamanku atas indahnya mencintaiMu dalam kesempurnaan taat, ya Rabb.
aamin...
 
 
 
suatu ketika, sepulang dari sebuah peperangan besar
Rasulullah berseru, "bersiaplah kalian akan menghadapi pertarungan yang lebih besar" 
sahabat terheran dan bertanya, "pertarungan apakah itu ya Rasulullah?" 
"pertarungan melawan diri sendiri" jawab Rasulullah 
Yuk jihad lawan diri sendiri ^^

Al Khansa' :')

Rasanya memang saat ini saya harus banyak2 buka kuping untuk mendengar nasehat dan buka buku/kitab untuk mengafirmasi segala tindakan saya (benar atau salah, baik atau tidak). Ya,semoga membantu.
Ini salah satu tulisan yang semoga bisa menyembuhkan luka dan mengembalikan keyakinan itu..Sungguh Allah akan memeluk mimpi2 itu dan akan memberikannya pada kita DISAAT yang TEPAT :D
selamat membaca dan memetik banyak banyak hikmah ^^


Ia adalah Al-Khansa’, namun nama sebenarnya adalah Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah. Al Khansa’ merupakan seorang sahabat wanita yang mulia dan sangat terkenal sebagai penyair. Al-Khansa’ wanita yang bijaksana dan cerdas. Semua orang mengetahui kedudukan dan keahliannya yang luar biasa dalam berpuisi. Bahkan, semua sastrawan sepakat bahwa tidak ada wanita yang memiliki kekuatan puisi yang lebih hebat dari Al-Khansa’, baik di masa lalu maupun masa berikutnya. Selain mahir berpuisi, sebenarnya Al-Khansa’ juga memiliki kepribadian yang sangat kuat, akhlak mulia, pandangan yang tajam, sabar dan berani.
Masuk Islam
Takdir Allah Swt akhirnya menghendaki iman berarak di atas Al-Khansa’ yang kemudian menumpahkan air hujan keimanan ke dalam dadanya, hingga iman menyentuh lubuk hatinya yang paling dalam dan memberi denyut kehidupan hakiki kepadanya. Al-Khansa’ bangkit dengan menepis debu-debu jahiliyah dan mengusung panji tauhid untuk memberi pelajaran kepada seluruh jagat raya yang tidak akan dilupakan dalam catatan sejarah sepanjang masa.
Al-Khansa’ ikut dalam rombongan kabilahnya, Bani Sulaiman, untuk menemui Nabi Saw. dan menyatakan keislamannya. Al-Khansa’ sangat sedih dan menangisi perjalanan hidup yang telah dilaluinya yang jauh dari cahaya iman dan merasa telah tertinggal begitu jauh dari sekian banyak kebaikan. Untuk itu, ia bertekad untuk mengejar ketertinggalannya dan rela mengorbankan apa saja yang dimiliknya demi membela agama yang agung ini.
Keadaannya berubah total setelah ia masuk Islam, ujian yang dialaminya menjadi kesabaran yang didasari iman dan dihiasi oleh takwa, hingga ia tidak lagi merasa sedih ketika kehilangan apa pun dari kenikmatan duniawi ini. Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu, Al-Khansa’ turut berangkat bersama keempat puteranya untuk menyertai pasukan tersebut.
Empat putera kandung Al-Khansa’ yang merupakan buah hati dan denyut jantungnya, bergabung dengan pasukan muslim yang ditugaskan menyerang Qadisiyah. Sehari sebelum perang, Al-Khansa’ ra. Menyampaikan beberapa wasiat kepada putera-puteranya,
“Hai Putra-putraku, kalian semua memeluk Islam dengan suka rela dan berhijrah dengan senang hati. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah keturunan dari satu ayah dan satu ibu. Aku tidak pernah merendahkan kehormatan dan merubah garis keturunan kalian. Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia yang fana.
Putra-putraku, sabarlah, tabahlah, bertahanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Semoga kalian menjadi orang-orang yang beruntung. Jika kalian melihat gendering perang telah ditabuh dan apinya telah berkobar, maka terjunlah ke medan laga dan serbulah pusat kekuatan musuh, pasti kalian akan meraih kemenangan dan kemuliaan, di dalam kehidupan abadi dan kekal selama-lamanya”.
Keesokkan harinya, mereka terjun ke medan laga dengan gagah berani. Jika ada seorang di antara mereka yang semangatnya mulai surut, maka saudara-saudaranya langsung mengingatkannya dengan nasihat Ibunda mereka yang telah tua renta, dengan begitu semangatnya berkobar kembali dan menyerbu musuh seperti singa yang mengamuk. Serangan-serangannya seperti siap melumat musuh-musuh-Nya. Mereka tetap berjuang dengan penuh semangat, hingga satu persatu berguguran menjadi syuhada. Sebelum jatuh ke tanah dan meraih mati syahid, setiap orang dari putra Al-Khansa’ ra. Itu sempat melantunkan pernyataan yang dirangkai dalam bait-bait puisi:
Putra pertama berkata,
Saudara-saudaraku, wanita tua yang memberi nasihat itu
telah memberi nasihat kepada kita tadi malam
Nasihatnya sangat jelas dan pernyataannya lugas
Kalian akan berhadapan dalam pertempuran
Dengan bala tentara pasukan Sasan (Persia)
Mereka hanya seperti anjing yang melolong

Putra kedua berkata,
Sesungguhnya wanita tua itu
yang tekadnya bulat dan tegar itu
Telah menyuruh kita agar tetap teguh dan benar
Itulah nasihat yang menunjukkan kasih sayangnya kepada kita
Maka teruslah berperang dan habisi musuh sebanyak-banyaknya

Putra ketiga berkata,
Demi Allah, kita tidak akan melanggar sedikit pun nasihat wanita tua
Karena itu nasihat dan bukti kasih sayang yang tulus dan lembut
Kobarkan semangat perang dan serbulah pasukan musuh
Hingga kalian berhasil melumat pasukan Kisra habis-habisan

Putra keempat berkata,
Aku tidak pantas menjadi anak Al-Khansa’ dan Akhram
Aku tidak pantas menjadi orang terhormat yang membanggakan
Jika tidak berada di garis depan pasukan melawan pasukan ‘Ajam
Menyerbu tanpa rasa gentar dan melibas setiap rintangan
Ketika sang Ibunda mendengar berita kematian empat puteranya dalam hari yang sama, ia sama sekali tidak menampar pipi sendiri dan tidak pula merobek pakaiannya, melainkan menerima berita duka itu dengan penuh keimanan dan kesabaran. “Alhamdulillah yang telah memberiku kemuliaan dengan kematian mereka. Aku berharap, Allah akan mengumpulkanku dengan mereka di tempat limpahan kasih sayang-Nya”, harap Al-Khansa’. Di masa jahiliyah, Al-Khansa’ ra. Memenuhi dunia dengan tangisan dan keluh kesah atas kematian saudara kandungannya, Shakhr. Setelah ditempa oleh Islam dengan luar biasa ia sanggup merelakan empat putera kandungnya sendiri untuk meraih mati syahid dalam perang Qadisiyyah.
Ia begitu tulus dan tabah dengan pengorbanan besarnya itu demi meraih anugrah menjadi penghuni surga, karena Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?, Rasulullah Saw. kemudian menjawab: ‘begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu dalam kitab Al-Albani Shahiihul Jaami’ no 5969).
 Sumber :
Mahmud Al-Mishri, 35 Sirah Nabawiyah : 35 Sahabat Wanita Rasulullah saw., Al-I’tishom, 2012, Jakarta.
Teguh Pramono, 100 Muslim Terhebat Sepanjang Masa, Diva Press, 2012, Jogjakarta.



saya jadi teringat Bunda Helvy..
karakternya kuat sekali dalam berpuisi
beliau juga seorang dg jiwa sosial yang tinggi
diterima dan bisa menerima semua kalangan
ah..jauh sekali kamu ket...
Allah..karuniakanlah..

jalan ini..









dari seorang adik
di tanah jogja

Kamis, 25 April 2013

HATI yang seLUAS......

beberapa hari terakhir ini, setelah peradangan hebat.. saya kembali mengambil jenak beberapa menit untuk sungguh2 jujur pada diri saya
dan.. trerengg**..terpantik lagi di kepala saya sebuah cita-cita masa lalu.. tetiba saya bertanya pada diri saya sendiri.. "hey..bukan kah kau dulu berharap punya hati yang luaaasss ........?? mana kau yang dulu cita-kan itu?rindukan itu? dan selalu coba wujudkan itu?.. kenapa peradangan periode ini menghebat sekali...terlalu-kah kau??" bertubi-tubi saya menanyai diri saya sendiri.. dan karna ini jenak moment dimana saya memang harus jujur.. maka..bukan jawab yg saya beri..tetapi pertanyaan bernada bodoh dan amnesia.."eh..iya ya..kemana aja gue yg-dulu.." yg ngga dikit2...hahaa, walaupun dulu tetep dikit2..tapi beda konteks.. Nah, saya jadi tersadar.. Ah ya.. bukan kah saya dulu begitu terobsesi dg kecantikan hati? yang membuat malaikat silau karna cantiknya? manaa manaa?? akhir2 ini saya justru terobsesi pada..ah-apa-itu-namanya.. yang sama sekali tak membuat hati saya makin meluass..justru makin menyempit..dan akhirnya..peradangan lah yang terjadi..

dan diujung senja tadi..
saya mencoba kembali men-zero-kan diri saya
membuka keran2 untuk mengeluarkan segala hal negatif..
membuka tutup2 wadah untuk siap menerima nasehat, saran, masukan..daann pelajaran :D

Saya bersyukur Allah kasih saya moment2 dimana saya sungguh2 mau jujur dengan diri saya sendiri.. kemudian jujur dengan Nya.. dan pada akhirnya..semua itu mengembalikan senyum sumringah.. :D
meski sekarang sudah terlalu bla bla bla untuk mengatakan bla bla bla
(inget ini hanya siklus!!) :p

Yap, biarkan Allah saja yang mendekap erat selama perjalanan ini masih terus melaju..
semoga Allah menghentikannya tepat dengan husnul khotimah...berserta tiket ke Jannah



manusiawi jika manusia ingin menunjukkan eksistensinya
manusiawi jika manusia ingin tampil terbaik dihadapan sesamanya
hanya perlu bersabaaaarrr..
saatnya akan tiba :D
lakukan saja kerja kerja berharmoni dengan cinta
ya, lakukan saja kerja kerja berharmoni dengan cinta
dan ingat..tak perlu lagi ituu..hal yang tak perlu itu, ehehehee :p
ah ya, Hati yang seLuas apa? seLuas Samudera ^^

hanya siklus

Kau percaya ini hanya siklus?

lelah..
sedih..
padat merayap..
detik detik yang biasanya terlewat begitu saja menjadi sangat berharga..
langkah kaki harus semakin sigap..
kepala harus semakin tegap..
dan tubuh harus semakin kuat..

ini hanya siklus..
akan datang saat senang
pengembangan diri lagi
padat lompat2 (apa ini?)
detik detik penuh kejutan
langkah kaki berirama
dan tubuh yang aman-aman saja (ini apa lagi?)


Sayang..
sudah berapa lama hari dan bulan kau hitung..?
sudah berapa kali kau menyadari umurmu tlah bertambah?
satuan, belasan..lantas menjadi kepala dua..dan seterusnya.........

bukan kah sudah ber-kali-kali
ya, sudah ber-kali-kali kau merasai sedih, senang, kejutan, bahagia, kaget, sebel, kesel, marah, lelah, semangat, lesu, futur??

dan lagi...ini hanya siklus..
percaya kah kau?
semua ini akan berakhir..
kalaupun semua seolah ber-sambung dan terus bersambuuung...
semua ini akan berakhir...

DIMANA?

Di Jannah, insyaAllah :')



tahun ini mungkin jadi tahun ter.. haha
bahkan..sapa itu mungkin lebih dekat dalam doa..
mungkin tak seluang dahulu kita saling berbalas puisi
atau sekedar curhat yg kadang penting kadang engga
atau sekedar menyapa dan melempar senyum
ya, mungkin dekat itu tak selalu menyaksikan dengan apa yg kau sebut mata-kepala
tapi selalu bersama dalam doa
melantunkan al-fatihah untukmu yang disana, beserta doa kebaikan dalam hati
dan sungguh2 hanya nafas sendiri lah yang mendengar doa itu..
tentu bersama malaikat dan Yang Maha Tahu Segalanya
ah yaa..
yakin banget dah..biar tanpa kata apalagi kalimat..
sinyal tetep kenceng insyaAllah :')

uhibbukum fillah shalihah2 cantik :*

Selasa, 23 April 2013

langit :')

Perjalanan hidup yang sudah bertahun tahun ini
merangkai banyak cerita..
memberi banyak pelajaran..
melatih banyak hikmah..

saya semakin memahami satu satu mengapa perintah itu begini dan begitu
dan pilihannya hanya TAAT
baik tingan maupun berat
baik sempit maupun lapang
baik sulit maupun mudah
sesederhana itu secara teori..

saya ambil contoh saja
Allah memerintahkan kita untuk "jangan berputus asa".. dan ternyata, yg namanya "putus asa" itu sangat mengerikan. sangaat. kalian bisa bayangkan hidup seorang yg telah berputus asa..mungkin sudah tak hidup lagi orang itu. begitu mengerikan karna "putus asa" bisa menghentikan hidup seseorang, dengan kata lain..putus asa bisa membunuh seseorang..
maka,perintah Allah jelas.."jangan berputus asa", tetap pada keimanan yg PENUH kepada Allah.. maka, hidupnya akan hidup kembali..dan tak mati :')

contoh lain,
Allah janjikan "naik derajat bagi yang menuntut ilmu dan berilmu", ternyata proses "menuntut ilmu" itu butuh perjuangan dan kesabaran yg panjaaang, hehe..
bayangkan saja, setiap saat harus dalam kondisi "on" untuk memasukkan informasi dan mengoperasikan otak, serta hati. bukan begitu proses "menuntut ilmu" yg sebenarnya kawan?
atau mungkin harus ekstra sabar juga dalam berlatih.. seperti saya yg lidahnya ngga kesetel makhroj huruf hiyaiyah dg benar, atau logat bahasa arab yg baru banget dipelajari tentu tak semudah dg teman2 yg sejak kecil sudah terbiasa dg itu :) maka, saya harus ekstra sabar dalam menghadapi diri saya sendiri yg berkali-kali harus mengakui "itu belum bener chat..","belum bagus chat"..dan seterusnya, dan seterusnya :D
Pantas saja Allah ganjar "naikkan beberapa derajat", ternyata..

yang lain lagi misalnya..
sudah jelas dalam hadist.. "laa taghdob!, walakal jannah", jangan marah, dan bagimu surga.. hehe, saya dulu sempet tercengang membaca hadist ini.. bagaimana mungkin orang yg "hanya menjaga" untuk tidak marah mendapat balasan surga? ternyataa, melawan diri sendiri untuk tidak marah disaat yg sebenarny sangat pantas bagi kita sebagai manusia utk marah ituu..Luarr Biasa :D
daan, efek kemarahan itu tak hanya pada satu sisi, pasti berbentur dengan sisi yg lain..

ya, akhir2 ini dalam perenungan panjang..tetiba saja penjelasan itu datang.. (yg kadang menimbulkan cengir reflek-otomatis saya kambuh :p)..
bahwa memang..
Allah selalu kasih semuanya sebanding..
sungguh.. Allah selalu kasih semuanya sebanding..
tak ada yg tak adil dari sisi-Nya..


hamasah,22April2013
01.01 a.m

Jumat, 19 April 2013

Amanah Langit (part 2)



Merasai lagi kehadiran Allah yang begitu dekat, dekaaat sekali..
seolah menepuk nepuk bahu, “kau tak pernah sendiri”
atau berbisik pelan dekat telinga..”bersabarlah, Aku tahu kau begitu rindu”
Betapa rendah, rendah dan kecil sekali diri dihadapan-Nya..menguatkan lagi hati bahwa “penciptaan terbaik ini jangan sampai kau siakan”
Allah telah mudahkan untukku apa2 yg sulit bagi orang lain, jika aku merasai kesulitan bukan berarti Dia tak sayang..justru Dia yang Maha Tahu seberapa tinggi aku kan melejit setelah lewati ujian ini..
Hanya butuh kesabaran dan nafas yang lebih panjang..
Janji Nya sungguh tak pernah teringkari.. Dia tak pernah tidak menolongmu..

Allah..amanah ini..betapa makin kurasai berat.. TT (dari dulu ngga sesadar ini nerima amanah :’()
Amanah dari langit, dengan tanggungjawab setingkat langit..tinggi..tak sekedar basa basi dunia.. Amanah ini sungguh bukan basa basi.. betapa amanah ini menjadikan tidur tak nyenyak, random dalam pikir, atau mendapati diri dalam kebingungan.. kebingungan yang sangat, terkadang buntu. dengan apalagi Allah? sementara kemanpuan begitu begitu saja, karunia berupa kecerdasan yang kompleks hanya sekedarnya, sementara permasalahan yg ada menuntut kemampuan yang mumpuni dan kecerdasan yang kompleks..
ah, belum lagi cela yang tertimbun dalam lisan, laku, juga hati.. Allah saja yang berbaik hati menutupi..jika tidak, bisa jadi tertimbun sudah oleh semua cela, tak ada kebaikan yang tersisa..
Allah...tentu hati ini punya ingin.. tentu hati ini punya harapan..
hanya terkadang kemampuan dilapangan tak menyediakan.
jama’ah? ya,tentu saja itu solusinya.
Allah... tentu ingin hati, semua terselesaikan dengan sempurna, tuntas, ilallah sampai akhir...
hanya terkadang, jiwa terlalu ringkih mengembannya, fisik terlalu lemah, akal terlalu dangkal menopangnya..dan bebahu,lebih sering terguncang karna berat..
dengan apa ya Allah..?
dan..mengingat taujih qiyadi kala itu, mengenai surat Ad dhuha.. sungguh Allah akan menepati janji Nya, bergerak saja meski kita sedang dalam kebingungan yang sangat..
Tolong kami ya Rabb..dalam mengemban amanah dariMu..semoga Husnul Khotimah..



bolak balik dalam pikir, kabinet kebangkitan, kampus, rumah, cita-cita

dalam gelap paling pekat, Allah turun bersama malaikat2Nya,19April2013
dengan plus2 kerinduan :')