kenapa belalai perayaan valentine semakin mencengkeram? karena
televisi berlomba2 merayakannya--dan mereka tidak peduli dampak
negatifnya. kenapa kebiasaan merayakan tahun baru masehi semakin heboh?
karena televisi berlomba2 memestakannya--dan mereka tutup mata dengan
dampak negatifnya. televisi adalah pembawa kebiasaan, budaya, pemahaman,
apapun bentuknya, yang paling sakti di dunia modern saat ini, langsung
menghujam ke ruang tamu, kamar, sudut2 rumah, dsbgnya. tanpa ampun,
tanpa penghalang, tumpah ruah. maka jika sesuatu yg dibawanya itu jelek,
mau bilang apa akibatnya. dan sebaliknya, jika sesuatu yg dibawanya
bagus, mau bilang apa pula akibatnya. bagi industri televisi, mereka
tidak lbh sama seperti manufaktur, toko kelontong, atau apapun bisnis di
dunia. yang penting jualan mereka laku. itulah pekerjaan mereka. dapur
mereka. jangan diambil hatilah, semua urusan ini hanya bisnis.
lantas kepada siapa kita bisa berharap sekarang?
sinetron
misalnya. sinetron paling panjang dalam sejarah televisi Indonesia
adalah 'cinta fitri', 1002 episode. menyusul 'putri yg ditukar', 676
episode. kedua sinetron ini kurang lebih tentang seorang gadis lugu,
sederhana, berada di dunia penuh intrik. bayangkan, 1002 episode, dengan
rata2 tayang katakanlah 2 jam, maka itu total 2004 jam, pecinta
sinetron ini berarti menghabiskan nyaris 80 hari, 80 malam utk menonton
sinetron--waktu yg sama dibutuhkan mengelilingi dunia menurut sebuah
buku. tapi itu belum apa2, sinetron2 sekarang, bahkan ada dengan durasi 4
jam. bayangkan, setiap malam, jutaan penonton televisi indonesia, dari
lepas maghrib hingga jam 11 malam, melotot menyaksikan orang2 melotot.
setiap malam, kawan. terhipnotis sebuah tontonan yg mencengangkan.
lantas kepada siapa kita bisa berharap sekarang?
kita
bahkan melarang/tidak ingin buku2 baik dijadikan sinetron. lantas dari
mana sinetron itu memperoleh cerita yg lebih baik? siapa yg akan
menuliskan cerita2 itu? sedikit sekali penulis2 idealis di industri
ini--yg bahkan bisa ringan 'mentertawakan' seorang produser kawakan
karena diminta menulis sesuatu yg bertentangan dgn prinsip2nya.
kebanyakan, tutup mata, terbirit2 menulis apa saja yg penting ratingnya
bagus. kenapa pula harus ngotot? jika penulis memperoleh katakanlah 8
juta/episode (ada yg bahkan lebih), 1000 episode itu setara 8 milyar.
bodo amat urusan lain. maka jika tidak datang dari luar cerita2 itu,
jangan2 tidak akan ada solusinya.
saya menghargai survei
tentang kemungkinan delisa di sinetronkan. ratusan dari kalian telah
mengutarakan pendapatnya. 75% lebih bilang tidak. saya telah bertanya,
kalian memiliki hak menyatakan pendapat, maka saya besar kemungkinan
akan bilang tidak juga kepada produser.
hari ini,
sinetron Anak Kaki Gunung juga selesai. episode terakhir. belum ada
kabar dari stasiun penayang serta produser apakah akan lanjut atau
tidak. boleh jadi selesai. boleh jadi lanjut. bagi saya, apapun nasibnya
tidak masalah. tenang saja. rasa2nya saya tidak akan berhenti, semoga
kembali dgn kemungkinan2 lain. kalaupun esok lusa tidak berjodoh dengan
sinteron2 baru, maka biarkanlah front 'perang' yg saya miliki hanya
buku2 itu. mungkin butuh energi yg lebih besar lagi untuk masuk ke dunia
sinetron. mungkin. sy tidak tahu. semoga saja.
jujur, waktu saya ikutan voting soal sinetron HSD itu, saya langsung ketik: ti-dak bang tanpa ba-bi-bu..
ya.. bagi saya.. sudah penuuhh sekali hidup kita dengan kemudharatan... kalaupun tidak, ya penuh dengan kesia-sia-an.. membaca tulisan tere-liye diatas, saya tau.. ini serba nyesek judulnya..
saya mau putus asa juga malu, lah saya belum ngapa-ngapain, bikin buku satu aja belum, artikel juga kaga ada yang terbit di harian mana-lah buat dibaca banyak orang.. kemanfaatan di kampus juga masih dikiit bangeett..
iyaa.. kita sama2 tahu kalo kita sama2 benci sama sinetron.. tapi itu loh.. kenyataan bahwa makhluk kotak bernama televisi itu membawa kebiasaan, pengaruh pada pola hidup dan pengaruh pemikiran yang luar biasa... trus gue mesti gimana donk??
nah, itu juga yang jadi pertanyaan hati saya.. lah, ini, ada penulis yang mengajarkan soal pemahaman hidup lewat novel2nya, mati-matian mendidik fans-nya soal kesia-siaan perilaku, soal "yang bukan hak-nya"... mau bergerak lebih jauh, dari tulisannya di novel, blog, page fb.. menjadi film, sinetron mini seri.. aahh..
jadi?
ya, ternyata.. semua elemen semestinya bergerak ke arah yang sama..
agar fragment2 itu nantinya menyatu dalam lingkaran kebaikan yang tak putus.. yang melingkari dunia.. yah..semestinya begitu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar