kita hidup di alam semesta di mana rantai kehidupan kita saling berjalin satu sama lain.
bertahan dengan pemikiran-pemikiran dan dunia sendiri suatu saat akan membuat diri menciut.
oleh
sebab itu kita membutuhkan yang namanya tekanan, yang namanya
rival/lawan, yang namanya masalah-masalah. bertemu dengan orang-orang
yang pola fikirnya yang berbeda dengan kita akan membuat keyakinan
identitas diri kita semakin teruji: "benarkah saya seorang 'Afifah' yang
begini dan begitu?"
sesekali kita merasa takut, merasa tidak bebas,
merasa tidak utuh menjadi diri sendiri, tapi tahukah, justru bertemu
dengan beragam orang dan sudut pandang tersebut akan membuat hidup kita
kaya, dan semoga makin bijak saja.
ini mungkin yang dimaksud oleh seorang kawan dengan basis-ladang ekspansi.
ya,
seberani apapun kita merangsek ke depan dan membabat alas hutan--ladang
ekspansi, kita tetap membutuhkan rumah untuk pulang, melepas semua
penat, membuka kembali lembaran-lembaran pedoman dan kompas hidup kita:
nilai-nilai hidup yang menjadikan kita apa dan siapa.
kemudian kita menyebutnya dengan keluarga: kakek, nenek, ayah, ibu, kakak, adik, (dan mungkin suami/istri kita kelak).
berlarilah
secepat, terbanglah setinggi mungkin, bertemu dengan orang-orang
beragam warna, boleh kau menyebutnya ekspansi atau apapun, tapi jangan
lupa arah pulang.
berlari dan terbang jauh itu juga yang akan
membuat kita bersyukur, atas karunia bernama 'keluarga' yang telah Allah
sematkan secara inherent, dalam hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar