*Menghina diri sendiri
Salah-satu favorit orang2 membela diri itu adalah: aku sebenarnya juga tidak mau seperti ini, tapi mau apa lagi?
Tanyakan ke (maaf) pekerja seks komersil, kenapa mereka melakukannya?
Maka jawaban khasnya adalah, aku sebenarnya juga tidak mau seperti ini,
tapi mau apa lagi? Demi anak-anak. Biar bisa makan.
Tanyakan ke para pemabuk, bang, kenapa abang mabuk2an? Maka jawaban
mereka, oi, dek, aku ini sebenarnya nggak mau mabuk, tapi mau apa lagi?
Pusing kepalaku, dengan mabuk aku merasa bahagia.
Tanyakan ke para pengobat, narkotika? Maka jawabannya, aku tidak mau seperti ini, aku mau sembuh, tapi mau apa lagi?
Tanyakan ke homo, lesbian, banci, kenapa mereka punya preferensi seks
yang berbeda? Maka jawaban mereka, kami juga tidak mau seperti ini,
kalau bisa kamu mau normal. Ini bukan mau kami.
Tanyakan ke orang2 di sekitar kita. Favorit sekali pembelaan diri seperti ini.
Pun tanyakan ke tukang asong yang memadati jalan raya, membuat macet. Maka jawabannya, kami harus nyari nafkah di mana?
Tanyakan ke perambah hutan, perusak hutan? Kami mau disuruh kerja apa? Berikan dulu kami kesejahteraan baru berhenti.
Tanyakan ke petani tembakau yg dibuat untuk rokok, atau buruh2 pabrik
rokok. Kami harus kerja apa? Kami juga tidak mau seperti ini.
Tanyakanlah ke semua orang. Termasuk diri sendiri. Saat malas, kita juga
sering ngeles. Ketika pekerjaan tidak selesai2, kita juga sering
menimbun argumen. Saat tidak becus, gagal, berantakan, mengecewakan.
Bukankah kita juga favorit sekali seperti mereka.
Sungguh,
derajat manusia itu lebih tinggi dari hewan dan tumbuhan. Berhentilah
membuat diri sendiri hina. Kalian tahu cicak. Makanan favoritnya nyamuk.
Mari kita bandingkan, yg satu bisa terbang, bisa kemana2, yg satu hanya
bisa merayap. Tapi cicak tetap bisa makan nyamuk, dengan sabar, terus
ihktiar menunggu. Kita manusia memangnya lebih rendah dibanding cicak?
Lihat air yang menetes di atas batu. Terus-menerus. Lama-lama batunya
berlubang. Air itu bahkan bukan mahkluk hidup, tapi bisa membuat
perubahan besar, meski hanya tetes-tetes kecil. Manusia lebih mulia
dibanding setetes air. Kita diberikan akal, kekuatan berpikir, kekuatan
tangan. Kita manusia, diberikan kekuatan untuk mengubah nasib kita.
Tidak bisa hanya bilang: mau apa lagi, sudah beginilah.
Maka
sungguh, siapapun yang selalu saja bilang 'mau apa lagi', menyalahkan
kondisi, lantas terus asyik melakukan kemaksiatan atau hal2 mubazir atau
hal2 merusak, mereka jelas tidak sedang menghina Allah. Tidak sama
sekali. Allah itu mulia, meskipun seluruh dunia maksiat, seluruh dunia
tenggelam dalam kesia2an, hal2 merusak. Tapi orang2 ini, justeru sedang
menghina dirinya sendiri. Melemparkan derajat manusianya yang tinggi ke
tempat rendah.
Mereka sedang merendahkan diri sendiri.
Termasuk kita, jika kitalah pelakunya, kita sedang merendahkan diri
sendiri. Lupa betapa tingginya derajat manusia.
*Tere Lije
baiklah.. saatnya kembali =)
untuk seluruh teman, kakak, adik
terimakasih ({})
Tidak ada komentar:
Posting Komentar