Hari itu aku pulang terisak, sesak rasanya... kenapa harus berbeda?
Kenapa harus berbeda sesama muslim.... meskipun aku sudah tahu sejak sma soal
itu..dia yang menjelaskan.. dan berkali-kali pula mengingatkan untuk tak merasa
diri paling benar...
Aku terisak....rindu padanya...
“adikku sayang... rindu ini akan mencari jalannya untuk bertemu.. semoga
malam ini dalam mimpi, semoga malam ini dalam doa, semoga malam ini dalam ridho-Nya.. semoga
suatu hari nanti di surga-Nya.. aamin”
Dan ternyata sehari setelah itu kami bertemu... bertemu beliau dengan
buncah kerinduan..hampir2 aku tak mampu menahan tubuhku kalau beliau yang tak
menahannya....
Rasanya sebentar sekali...hanya beberapa detik saja... Robb, apakah
mbakku ini begitu mahal?? Ingin sekali memeluknya erat, lama.. menumpahkan
semuanya...
Tapi mungkin beliau tak ingin aku bergantung selain pada Allah...
mentarbiyahku untuk tak manja..
Sebentar, dia melepas pelukanku... mungkin karna di tempat umum juga...
Ah mbaa..... aku masih kangen......
Ketika banyak sahabat mengingat masa putih abu2nya... spesial!
Sungguhlah,,aku juga rindu..
Teringat hari itu saat pertama pertemuan kita...
Biasa saja... aku tak tertarik... tapi aku penasaran dengan apa yang kau
lakukan mba.. jadilah aku rajin datang dalam lingkaran itu..
Satu per satu kata kau kenalkan pada kami... tarbiyah, ukhuwah,
harokah...
Waktu cepat sekali berlalu... rasanya masih kemarin aku lulus smp,
mendaftar sma di kota pwt, merantau... kemudian dipaksa seorang sahabat ikut
rohis, tak tertarik..akhirnya dipaksa untuk mewakili kelas saja... rasanya
masih kemarin aku tersedu di sudut musola kecil sma-ku, musola yang akan di
robohkan... aku tak rela! Rasanya masih kemarin bersama saudara seperjuangan mendengarkan
mba berbicara soal harokah..menyerahkan pada kita untuk memilihnya
sendiri...yang mana saja.
Rasanya masih kemarin melihat kakak2 kelas mengadakan acara tandingan
“promt nite” yg tentu jelas berkebalikan suasananya...tapi disana ada ketua
osis, ada anak paskib, pentolan2 sma justru bersama kita.. jelas, di acara
tandingan itu tak ada gemuruh musik2, hanya isak tangis.. dari pak chanan, dari
kami... ingaat sekali apa yang pak chanan katakan waktu itu.. “negeri ini milik
kalian anakku, negeri ini milik para ulama!”
Rasanya semuanya masih kemarin, penolakan pada perayaan valentine day,
syuro untuk penyambutan sisbar yang takut ada pencekalan, atau tantangan untuk
menambah 1 agenda sebelum promt nite, tasyakuran, dg syarat diluar kemampuan
kami dari kesiswaan..tapi Allah menolongnya...
Rasanya baru kemarin mba.... aku megeja kata itu “fityatun fattah”
rasanya baru kemarin..
Sekarang mesti menjadi kakak bagi adik2 yang super spesial... bisakah aku
sepertimu mba.. bisakah aku seperti mba-nya sahabat2ku... yang akhirnya seperti
inilah kami kini...
Tapi kau selalu merendah.. “itu karna doa orangtuamu shalilah, doa
kebaikan untukmu..”
for: mba syif-kuu yg selalu ku rinduu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar