Bismillah,
Baiklah.. sepertinya keinginan saya untuk bercerita (atau
berceloteh, atau menggumam?) tidak dapat saya tahan lagi dengan alasan apapun
termasuk uas *lho? :0
Sebenarnya lebih tepatnya saya lagi pengin mendoan *ket,
fokus! Yayayaa.. baik, begini ceritanya
(atau begini celotehnya, atau begini gumamannya)
Sebulan lebih ini, setelah saya liat-liat isi blog saya
ternyata semuanya berisi keluhan seseorang tentang ketidakwarasannya sistem
dalam tubuhnya, yap kenapa saya jadi ribet gini menuturkan sesuatu..haa ya
karena bagian dari ketidakwarasan sistem itu..
Sebulan lebih ini juga saya lebay tingkat nasional dalam hal
apapun selain belajar, benerin revisi dan menuntaskan amanah. Haha.. ya, lebay
dalam segala hal yang dunia dan seisinya menyepakati dengan mana ‘keburukan’.
Berkeluh kesah, menyia-nyiakan waktu dengan alibi ga kuat,
dan tentu saja membiarkan kewajiban saya tidak tertunaikan atas setrikaan,
kertas2 tak berdosa dan deretan nama2 yang seharusnya saya binadankaryakanitu.
Sebulan lebih ini juga rasanya mendoan begitu menjadi sangat
istimewa dan selalu terbayang saat saya naik motor ke kampus, ke tempat syuro,
ke kosan temen, ke tempat liqoan, ke toko alat2 kesehatan, ke kontrakan2. Sungguh
mendoan sedang berada pada strata tertinggi di benak saya *yaa, cetek banget
ket benak kamu.
Dan saya yg memang kalem ini bertambah kalem karna saya harus
menjaga tenggorokan saya untuk tidak tersenggol oleh hal2 tidak penting yang
membuatnya jadi tak kalem (lagi). Ya begitulah.. jangan salahkan saya kalo
sulitnya mencerna kata-kata yang begitu tidak berisi ini, salah sendiri pake
baca-baca :p
Dan sepertinya ketegaran saya juga meningkat selama sebulan lebih
ini. Iya, ketegaran. Ke-tegar-an dalam arti sebenarnya, tegar=kaku. Sekali saya
mengambil posisi duduk atau berbaring, maka jangan coba-coba memindah dan
menggantinya, itu akan menimbulkan reaksi spontan yang tidak bisa dikendalikan—ah
ya, namanya juga spontan—dan itu akan merusak detik-menit-jam selanjutnya. Berbahaya
sekali, don’t try this at home. Seperti itu mungkin pesan moralnya.
Dengan keadaan naas seperti itu, saya yang hampir tak pernah
merasakan ketidakwarasan sistem dalam tubuh sampe sebulan ini lumayan bahagia,
ah ya..bahagia bukan berarti senang dan tertawa kan..
Ada satu hal yang tentu kemudian membuat saya sadar tidak
hanya pada tataran lisan, bahwa saya sungguh tiada daya apa-apa di hadapan Rabb
saya yang Maha Segalanya
Namun agaknya kesadaran saya terlalu jauh dan bebas sehingga
membuat saya merasa tiada daya apa-apa di hadapan semua hal. Oh, atau semua
sesuatu. Ah ya, segala sesuatu maksudnya.
Hingga akhirnya dua hari lalu, otak cerdas saya –akhirnya-
menuturkan ide yang juga cerdas.
Apa itu?
Bikin teh manis panas.
Ya, dan teh manis panas beruntung itu akhirnya saya buat dan
saya karyakan dengan manusiawi sebelum ujian fermentasi dan bioindustri. Luar
biasa sekali teh manis panas ini. Kalau saya bisa bermotafora dalam bentuk
fisik dan bebas memilih jadi apasaja, saya akan memilih menjadi aroma teh manis
panas ini.
Hem, yap sodara2, saya sebenernya kepengin bercerita tentang
teh dengan sedikit ilmiah *sangat memaksakan. Tetapi semuanya dihancurkan oleh
result googling yang (hanya) berbunyi gini “She Nong Shi merupakan orang
pertama yang menemukan teh, tapi ternyata tidak memberikan nama khusus untuk
tanaman ini. Asal mula nama teh pertamakali pada tahun 1115 SM dan disebut Er
Ya.” Guud guud. Ada result yang lain, tapi result pertama ini benar2
menghancurkan keinginan saya untuk melanjutkan tulisan ini. *alibi
@ambil hikmahnya ya adikku sayang..buang segala pikiran negatif, jadikan Allah sandaran dalam segala hal--- sudah membaikkah dek?--@
dan jawab saya: sudah *bohong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar