Perjalanan kita selama ini ternyata tanpa tanda baca,
tak ada huruf kapital di awalnya.
Yang tak kita ingat aksara apa.
Kita tak pernah yakin apakah titik mesti ada;
tanpa tanda petik, huruf demi huruf berderet rapat-
.
dan setiap kali terlepas, kita pun segera merasa gerah lagi dihimpitnya.
Tanpa pernah bisa membaca ulang dengan cermat
harus terus kita susun kalimat demi kalimat ini-
tanpa perlu merisaukan apakah semua nanti mampat pada sebuah tanda tanya.
.
Tapi bukankah kita sudah mencari jawaban,
sudah tahu apa yang harus kita contreng jika tersedia pilihan?
Dan kemudian memulai lagi merakit alinea demi alinea, menyusun sebuah dongeng?
.
Tapi bukankah tak ada huruf kapital ketika kita bicara?
Bukankah kisah cinta memang tak memerlukan tanda baca?
.
~Sapardi Djoko Damono~
apakah titik mesti ada?
apakah titik mesti ada?
jika sangkakala pun sudah terpegang rapih di tangan izrofil
jika kemenangan pun sudah dipastikan
jika risalah ini dibawa dengan cinta yang begitu agung
dari seorang yatim,penggembala,dan ummi
apakah titik mesti ada?
meski tersesat dalam kekusutannya, jenuh, jumud,
lelah tak terkira, rajut2 yang tercederai
apakah titik mesti ada? apakah titik meti ada?
jika Sang Maha Kuasa telah menjanjikan..
"bersama kesulian, ada kemudahan..
bersama kesulitan ada kemudahan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar