Rasanya memang saat ini saya harus banyak2 buka kuping untuk mendengar nasehat dan buka buku/kitab untuk mengafirmasi segala tindakan saya (benar atau salah, baik atau tidak). Ya,semoga membantu.
Ini salah satu tulisan yang semoga bisa menyembuhkan luka dan mengembalikan keyakinan itu..Sungguh Allah akan memeluk mimpi2 itu dan akan memberikannya pada kita DISAAT yang TEPAT :D
selamat membaca dan memetik banyak banyak hikmah ^^
Ini salah satu tulisan yang semoga bisa menyembuhkan luka dan mengembalikan keyakinan itu..Sungguh Allah akan memeluk mimpi2 itu dan akan memberikannya pada kita DISAAT yang TEPAT :D
selamat membaca dan memetik banyak banyak hikmah ^^
Ia adalah Al-Khansa’, namun nama sebenarnya adalah Tumadhar binti
‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah. Al Khansa’ merupakan
seorang sahabat wanita yang mulia dan sangat terkenal sebagai penyair. Al-Khansa’ wanita yang bijaksana dan cerdas. Semua orang mengetahui
kedudukan dan keahliannya yang luar biasa dalam berpuisi. Bahkan, semua
sastrawan sepakat bahwa tidak ada wanita yang memiliki kekuatan puisi
yang lebih hebat dari Al-Khansa’, baik di masa lalu maupun masa
berikutnya. Selain mahir berpuisi, sebenarnya Al-Khansa’ juga memiliki
kepribadian yang sangat kuat, akhlak mulia, pandangan yang tajam, sabar
dan berani.
Masuk Islam
Takdir Allah Swt akhirnya menghendaki iman berarak di atas Al-Khansa’
yang kemudian menumpahkan air hujan keimanan ke dalam dadanya, hingga
iman menyentuh lubuk hatinya yang paling dalam dan memberi denyut
kehidupan hakiki kepadanya. Al-Khansa’ bangkit dengan menepis debu-debu
jahiliyah dan mengusung panji tauhid untuk memberi pelajaran kepada
seluruh jagat raya yang tidak akan dilupakan dalam catatan sejarah
sepanjang masa.
Al-Khansa’ ikut dalam rombongan kabilahnya, Bani Sulaiman, untuk
menemui Nabi Saw. dan menyatakan keislamannya. Al-Khansa’ sangat sedih
dan menangisi perjalanan hidup yang telah dilaluinya yang jauh dari
cahaya iman dan merasa telah tertinggal begitu jauh dari sekian banyak
kebaikan. Untuk itu, ia bertekad untuk mengejar ketertinggalannya dan
rela mengorbankan apa saja yang dimiliknya demi membela agama yang agung
ini.
Keadaannya berubah total setelah ia masuk Islam, ujian yang
dialaminya menjadi kesabaran yang didasari iman dan dihiasi oleh takwa,
hingga ia tidak lagi merasa sedih ketika kehilangan apa pun dari
kenikmatan duniawi ini. Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di
masa Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu, Al-Khansa’ turut berangkat
bersama keempat puteranya untuk menyertai pasukan tersebut.
Empat putera kandung Al-Khansa’ yang merupakan buah hati dan denyut
jantungnya, bergabung dengan pasukan muslim yang ditugaskan menyerang
Qadisiyah. Sehari sebelum perang, Al-Khansa’ ra. Menyampaikan beberapa
wasiat kepada putera-puteranya,
“Hai Putra-putraku, kalian semua memeluk Islam dengan suka rela dan
berhijrah dengan senang hati. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain
Dia, sesungguhnya kalian adalah keturunan dari satu ayah dan satu ibu.
Aku tidak pernah merendahkan kehormatan dan merubah garis keturunan
kalian. Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan akhirat jauh lebih baik
daripada kehidupan dunia yang fana.
Putra-putraku, sabarlah, tabahlah, bertahanlah, dan bertakwalah
kepada Allah. Semoga kalian menjadi orang-orang yang beruntung. Jika
kalian melihat gendering perang telah ditabuh dan apinya telah berkobar,
maka terjunlah ke medan laga dan serbulah pusat kekuatan musuh, pasti
kalian akan meraih kemenangan dan kemuliaan, di dalam kehidupan abadi
dan kekal selama-lamanya”.
Keesokkan harinya, mereka terjun ke medan laga dengan gagah berani.
Jika ada seorang di antara mereka yang semangatnya mulai surut, maka
saudara-saudaranya langsung mengingatkannya dengan nasihat Ibunda mereka
yang telah tua renta, dengan begitu semangatnya berkobar kembali dan
menyerbu musuh seperti singa yang mengamuk. Serangan-serangannya seperti
siap melumat musuh-musuh-Nya. Mereka tetap berjuang dengan penuh
semangat, hingga satu persatu berguguran menjadi syuhada. Sebelum jatuh ke tanah dan meraih mati syahid, setiap orang dari
putra Al-Khansa’ ra. Itu sempat melantunkan pernyataan yang dirangkai
dalam bait-bait puisi:
Putra pertama berkata,
Saudara-saudaraku, wanita tua yang memberi nasihat itu
telah memberi nasihat kepada kita tadi malam
Nasihatnya sangat jelas dan pernyataannya lugas
Kalian akan berhadapan dalam pertempuran
Dengan bala tentara pasukan Sasan (Persia)
Mereka hanya seperti anjing yang melolong
Putra kedua berkata,
Sesungguhnya wanita tua itu
yang tekadnya bulat dan tegar itu
Telah menyuruh kita agar tetap teguh dan benar
Itulah nasihat yang menunjukkan kasih sayangnya kepada kita
Maka teruslah berperang dan habisi musuh sebanyak-banyaknya
Putra ketiga berkata,
Demi Allah, kita tidak akan melanggar sedikit pun nasihat wanita tua
Karena itu nasihat dan bukti kasih sayang yang tulus dan lembut
Kobarkan semangat perang dan serbulah pasukan musuh
Hingga kalian berhasil melumat pasukan Kisra habis-habisan
Putra keempat berkata,
Aku tidak pantas menjadi anak Al-Khansa’ dan Akhram
Aku tidak pantas menjadi orang terhormat yang membanggakan
Jika tidak berada di garis depan pasukan melawan pasukan ‘Ajam
Menyerbu tanpa rasa gentar dan melibas setiap rintangan
Ketika sang Ibunda mendengar berita kematian empat puteranya dalam
hari yang sama, ia sama sekali tidak menampar pipi sendiri dan tidak
pula merobek pakaiannya, melainkan menerima berita duka itu dengan penuh
keimanan dan kesabaran. “Alhamdulillah yang telah memberiku kemuliaan dengan kematian mereka.
Aku berharap, Allah akan mengumpulkanku dengan mereka di tempat
limpahan kasih sayang-Nya”, harap Al-Khansa’. Di masa jahiliyah, Al-Khansa’ ra. Memenuhi dunia dengan tangisan dan
keluh kesah atas kematian saudara kandungannya, Shakhr. Setelah ditempa
oleh Islam dengan luar biasa ia sanggup merelakan empat putera
kandungnya sendiri untuk meraih mati syahid dalam perang Qadisiyyah.
Ia begitu tulus dan tabah dengan pengorbanan besarnya itu demi meraih
anugrah menjadi penghuni surga, karena Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia),
maka dia akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya
dua putra?, Rasulullah Saw. kemudian menjawab: ‘begitu juga dua putra”.
(Diriwayatkan oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu
dalam kitab Al-Albani Shahiihul Jaami’ no 5969).
Sumber :
Mahmud Al-Mishri, 35 Sirah Nabawiyah : 35 Sahabat Wanita Rasulullah saw., Al-I’tishom, 2012, Jakarta.
Teguh Pramono, 100 Muslim Terhebat Sepanjang Masa, Diva Press, 2012, Jogjakarta.
saya jadi teringat Bunda Helvy..
karakternya kuat sekali dalam berpuisi
beliau juga seorang dg jiwa sosial yang tinggi
diterima dan bisa menerima semua kalangan
ah..jauh sekali kamu ket...
Allah..karuniakanlah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar