Apa-apa yang tak berbicara, tak selalu berarti bisu. Sebagaimana apa-apa yang tak tampak, tak selalu bermakna tiada.
Aku begitu ingin, suatu waktu, mengerti benar bahasa langit. Atau
bahasa dedaunan yang terhempas di musim gugur. Sebab betapapun lisanku
berkata indah akan dunia, tetap saja aku terbata mengucap syukur dan
bersujud dengan penuh kerendahan hati.
Aku pun ingin berguru pada hujan yang dilupakan, yang hadirnya
terjejak pada pepohonan yang subur. Atau kepada awan yang berbincang
dengan angin, yang beriring menuju satu savana, sabar meniti jarak.
Hingga lalu kusaksikan pada suatu masa, bunga-bunga nan merekah di
musim semi, ataupun keteduhan nan hijau yang begitu lebat di musim
panas. Disana, semacam tertera satu niscaya, bahwa pada ketaatan yang
disempurnakan, ada kisah yang kan berbuah jadi indah.
Achmad Lutfi
9 November 2013
Lokasi: Bahnhof Calberlah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar