Zāhidun fid-dunyā, Rāghibun fil-ākhirah
Kedua hal ini adalah kunci dari
karakter para sahabat/sahabiyah yang dididik langsung oleh Rasūlullāh
ṣallallāhu 'alayhi wa sallam.
Zuhud di dunia, dan hasrat kuat pada akhirat..
Sungguh.. logika ini sangat sulit
diterjemahkan oleh kita yang terbiasa RASIONAL dan EGOISTIK… Yang
terbiasa mempertimbangkan segala sesuatu dengan sudut pandang :
"apa manfaatnya buat gw?"
"kalo gw nikah sama dia, gw dapet apa?"
"kalo gw ngaji, ntar waktu gw buat istirahat kurang dong?"
"gw udah infaq, tapi kok rejeki gw seret-seret aja ya?"
"ngga mau kajian ah, ujan.. ntar basah lagi.. ngga nyaman"
Betapa menyedihkan kondisi iman yang seperti ini.. Ibadah hanya untuk self-service...
Memang…
Iman kita memang harus sering
diasah, agar lebih tergoda dengan janji Jannah, lebih gembira dengan
janji doa malaikat, lebih tergiur dengan pahala dan ampunan...
Kalo direnung-renung, ketaatan kita masih gampang dibeli oleh dunia dan harta, oleh hawa nafsu…
Misal, mau puasa ngga jadi karena dapet tawaran traktiran.. Berarti harga ketaatan lo ya seharga sepiring nasi.
Mau berjilbab syar'i tapi enggan
karena takut disangka udah nyokap-nyokap. Berarti harga ketaatan lo cuma
seharga kritikan orang….
Sedangkan para shahabat/shahabiyah
itu, mereka bahkan rela menebus NYAWA-nya, SELURUH HARTA-nya, bahkan
orang-orang yang dicintainya dengan JANNAH… Dan ketaatan kita masih
mudah terbeli dengan televisi atau internet… Merelakan waktu shalat dan
munajat dan ditukar dengan bulaian kasur.. Ah betapa murah iman kita….
:(
Kalau ketaatan kita masih mudah ditukar dengan perkara-perkara sepele,
maka…..pantaskah diri ini duduk bersanding dengan para sahabat/sahabiyah?
Sejenak mengukur harga ketaatan diri, dan meratapi kemurahannya… :'
diambil dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar