Jumat, 10 Oktober 2014

Takdir yang mempercantik iman




Mungkin benar, Allah maha pencemburu..
Tiap kali kita menemukan cinta yang begitu manis atau bahkan ketika itu hanya dalam harap. IA iangatkan, IA kembalikan kita dengan cara-Nya..
Maka, lihatlah takdir yang telah mempercantik iman dalam hatimu..
seperti saat orang terkasihmu berpulang tanpa bisa kau cegah, iman dalam hatimu kan berujar, “sebelum ini, Allah mencintaiku melalui orang terkasih..dan kini Allah mencintaiku tanpa perantara lagi”


Perjalanan menuju sarjana #2



betapa dosa-dosa kita tlah bertumpuk dan membusuk..
astaghfirullah.. hanya itu yg bisa kusebut berulang..
penjelasan dengan penyesalan yang sangat..tentu DIA Maha Tahu saat kita sungguh-sungguh ingin bertobat..
**
sidang tlah usai.. sang ‘tersidang’ dipanggil kembali untuk mendengar hasilnya
pernyataan kelulusan, pengumuman ketercapaian usai sudah.
tibalah pada ‘nasehat terakhir’..nasehat yang membuat banjir kemana2 malam harinya
“pesan saya..selalulah berusaha menepati janjimu.. apalagi, kau seorang yang membawa misi agung”
terbata sang ‘tersidang’ menyampaikan maafnya, tercekat ia menyampaikan terimakasihnya.. pada orang2 hebat yang berkenan membimbingnya
**
maka benarlah..
menjadilah manusia yang paling baik akhlaknya..
menjadilah manusia yang dengannya, diin ini tak terkabarkan buruk
itulah yang kutakuti Rabb.. hadirku,justru mencoreng keagungan diin ini..
astaghfirullah.. ampunilah kami..
mampukan kami untuk menjadi hamba yang menebar rahmat, kedamaian, kesejukan, cahaya.. meski kami jauh dan tak semulia para shalihin..tak sekokoh akidah para tabi’in..dan tak sedekat para sahabat..

~usai ‘sidang terakhir’
14 Agustus 2014, hari pramuka, syawal 1435H

Perjalanan menuju Sarjana #1



Maret lalu, saya menanyakan pada Kiki, “gimana rasanya?”
Juni kemarin pun saya tanyakan hal serupa ke Refa..”gimana rasanya fa?”
keduanya menjawab berbeda..tapi bukan itu point-nya.. :D
sekarang saya tanyakan pada diri saya, walaupun belum sepenuhnya ‘finish’.. “gmn rasanya ket?”
rasanya..dengan perjalanan ini saya mengambil banyak pelajaran..
karena saya adalah orang yang sangat ‘santai’ dan ‘tenang’..sehingga cenderung menganggap semua hal itu ‘kecil’..satu sisi bagus..saya ga pernah stress dengan hal2 ‘ga perlu’ (haha,padahal..?:p)..sisi tidak baiknya, saya seperti tidak ikut dalam kompetisi..ngalir aja isinya *tutupmuka*
temen dah nyampe mana, diri sendiri baru nyampe mana juga ‘tenang wae lah..’ckckck
itu juga yang menjadi permenungan saya disela menunggu dosen atau bahkan dalam langkah-langkah antara satu kampus dan kampus lain. coba saya ga sesantai ini, maret lalu, insyaallah udah kelar semua, huh, dasar manusia :/
selain saya dapat menyadari salah satu keburukan saya tentang sifat nyantai..saya juga dapatkan hal lain.. ga tahu kalo yang lain pernah kepikiran ini ga,
ditengah payahnya fisik ngimbangin segala aktivitas buat menuhin persyaratan, saya justru teringat dan bahkan tergambar jelas sosok Ibunda Hajar..beliau yang sa’i, bolak-balik shofa-marwah, dipanggang terik, payah dan lemah..
saya yang bak langit dan bumi dengan beliau apa ntar bs dikasih “zam-zam” juga..? dan dengan itu semua saya sisipkan lirih doa dalam tiap langkah..”berkahilah ya Allah.. semoga Engkau meridhoi..

Berkompetisi dan berprestasi bukanlah untuk mencapai suatu kebanggaan, tapi untuk memenuhi fitrah kita untuk selalu bersabar, bersyukur, bergerak, berkarya, lebih baik dari sebelumnya, berlomba dalam menebar kebaikan, dan berusaha terus memperbaiki diri dalam pandanganNya...

Sooo, ayo mulai lagi berkompetisi dan berprestasi... mulai menggeliat lagi, kemudian merangkak, berjalan, teruss berlariiii...

Setinggi-tingginya mimpi adalah syurga. Sebaik-baik proses adalah mendapat Ridha-Nya.

~8 Agustus 2014