Senin, 30 November 2009

Ujian Nasional nggak ditiadakan

Alhamdulillah Ujian Nasional tetep diadakan, aku bakal protes kalo UN ditiadakan, kenapa nggak dari tahun kemarin???hehe...
Bukannya aku mau sokk tau, emang aslinya sok tau inih,,
menurutku, tak perlulah UN ditiadakan, tolak ukur kelulusannya nanti pake apa??
kalau ada yg nggak lulus, trus frustasi,, aku kira ini masalah moral, akhlak.
Setuju bgt kalau kelulusan nggak cuma dilihat dari angka2, setuju bgt kalo kita juga harus memperhatikan aspek "proses" disini. Tapi bukan berarti kemuadian kita mengkambinghitamkan UN.
Masalahnya adalah, budaya ketidakjujuran telah menjadikan lulusan yang dihasilkan tak berkualitas, apa gunanya tingkat kelulusan sampe 90% lebih, tapi hanya sekitar 10% yg benar2 jujur dlm mengerjakannya. Aku kira ini hal yg serius.
Maka adik2ku semua,, percayalah, ketika kamu memilih untuk selalu berbuat jujur, maka kebaikan akan selalu mengiringi langkah hidupmu..
Buat pemerintah, saya kira anda pun harus ujian ulang, saya ragu, jika benar para petinggi negeri ini benar2 orang intelektual, kenapa sampai sekarang Indonesia masih gini2 aja,, makin tergilas oleh perkembangan zaman. Dimana tanggung jawab kalian wahai para petinggi, mahasiswa!!!

Libur Idul Adha

Huwaaaaa.....
ayomi libur dari hari rabu sebelumm idul adha, muarem banget di rumah.
amak tamakk tamak, semuanya dimakan, sampe pipinya tembem, berat bgt mau ngapa2in, al quran di anggurin, al ma'sturat apalagi, begah bgt niy perut.
kalo ngaca mulai keliatan jelek, udah dasar nggak cakep ditambah nggak ada amalan kebaikan, jadi dehh tu muka jeleeek bgt.
Ya Alloh...sungguh Engkau mengerti keadaan ini... Masya Allah ayomi.... hurry up, cepet berbenah, banyak agenda, perjuangan menanti.
Ah ya,,, adik2ku yg masih pada SMA, bil khusus yg di Smansa, jangan ikuti kakakmu ini, malas kali ni kakakmu... lama bgt berubahnya, yah,,harus diakui, prosesnya emang agak lambat. Tapi kalian harus berlari cepat, kejar predikat generasi terbaik itu, pasti akan tiba masanya de...

Rabu, 25 November 2009

Suatu hari

Ayah...suatu hari aku akan menatap potongan masa lalu keluarga kita, mungkin,,tapi aku yakin itu akan terjadi.
Menatap sedikit potongan kenangan hidup ayah di sana..
menatap sedikit saja...karena memang hanya itu adanya...
aku akan melihat tempatku berlari2 dulu...bermain air di sungai..meninggalkan jejak2 kecil..

Selasa, 24 November 2009

Aku mau menikah

“aku mau menikah....”
Gadis itu hanya diam, kemudian tersenyum (sedikit memaksa), “oh...selamat yah, kapan walimahannya?”
“ee..bulan depan” sambil tertunduk pemuda itu menjawabnya.
Hhh, sebenernya nggak tega nyritain kisah ini.
Pemuda itu berumur 26 tahun dan gadis itu berumur 19 tahun, si pemuda sudah bekerja di kota besar, sementara gadis itu masih kuliah.
Mereka adalah dua sejoli yang pernah dekat, yah seperti dua sejoli. Mereka pernah makan bareng, jalan bareng, pertemuan keluarga. Kadang pemuda itu menjemput gadis itu saat pulang sekolah. Pemuda itu bernama Ibnu Jauza, abang Inu biasanya si gadis memanggil. Gadis itu bernama Zalfa Nada Firdausa.
Melihat kedekatan mereka sebenarnya mudah sekali melihat isi hati mereka, sikap yang kikuk ketika bertemu, wajah merah ketika berbincang, aaah...siapapun yang memperhatikan pasti tahu isi hati mereka. Yah, mereka saling mencintai,, oh..belum terlalu jauh, Nada masih terlalu kecil untuk memahami cinta waktu itu, ia masih SMP, masih anak sekolahan, meskipun ia tahu betul perasaannya sangat nyaman jika di dekat abang Inu.
Ibnu Jauza, seorang pemuda yang mandiri, ia sudah belajar memahami takdir hidup sejak kecil, menyadari betul jika keluarganya miskin. Ibnu Jauza mengenal Nada bukan di jalanan, mereka masih terhitung saudara, saudara jauh. Dan ketika ‘menemukan’ Nada, pencariannya akan jodoh ia hentikan, ia merasa sudah menemukan.
Ah, Nada waktu itu masih kecil,,ia belum berpikir sejauh itu, waktu itu usia Ibnu masih 21 tahun.
Hingga bulir waktu terus saja menggelinding,, Nada tlah tumbuh menjadi seorang gadis yang sholihah, menutup auratnya dengan sempurna. Matanya bening, sejernih hatinya melihat hidup yang ia jalani.
Sebenarnya Ibnu Jauza pun bukan seorang yang buta agama, ia malah seorang ikhwan. Hanya kadang penampilannya emang suka nggak ngikhwanin. Melihat perkembangan ‘adik perempuannya’ itu, hatinya makin tenteram, yakin untuk melangkah lebih jauh, tinggal menunggu waktu yang tepat. Setiap kali ditanyakan calon isteri, hanya dengan senyum tersungging kemudian menoleh pada Nada ia menjawab, “Insya Allah udah ada, mohon doanya saja”..sementara yang ditoleh tak mengerti apa2, dengan muka polos Nada ikutan nyengir, “amin, moga2 cepet dikenalin ya ke Nada sama Ibu”
Tiba2 penjelasan itu datang, melesat cepat bak komet yang akan melintasi bumi. Ibnu Jauza tak mampu berbuat lebih jauh lagi, ia tak mungkin melangkah lagi, seyakin apapun hatinya, sejauh apapun ia telah menyiapkan semuanya. Akhirnya, tanpa mau menyakiti, Ibnu Jauza pergi,, tidak seperti dulu ketika ia pergi maka serangkaian pesan dari Nada akan diterimanya, rangkaian doa akan ia dengarkan sebelum melaju meninggalkan ‘adiknya itu’.. maka kali ini, tak ada rangkaian pesan itu,tak ada rangkaian doa itu, Ibnu Jauza pergi tanpa memberi tahu Nada....
Nada kehilangan, tak mengerti kenapa abangnya pergi begitu mendadak, tanpa sempat memberi kabar, tanpa sempat memberi alasan, sebenarnya ada apa???
Kemudian penjelasan itu datang padanya...ia mengerti sekarang. Ah, sebenarnya hatinya pun remuk mengetahui kenyataan itu, tapi apa mau dikata, semuanya tak mungkin.
Setelah menghilang sekian lama, Ibnu Jauza muncul lagi, dengan membawa sebuah kabar untuk adiknya,,Nada. Lihatlah, mereka masih kikuk seperti dulu, bukan dengan wajah kemerahan, tapi dengan rangkaian perasaan yang sulit digambarkan.
Dan ketika Ibnu mengatakan, “aku mau menikah...” antara senang dan remuk redam, Nada mencoba berdamai dengan hatinya, memang seharusnya begini. Mereka bukan saudara jauh, mereka adalah muhrim, Ibnu adalah paman kandung Nada. Kenapa sampai keduanya tidak tahu? Inilah,,,ketika Ibnu lahir, keadaan ayah dan ibunya sungguh2 sulit, akhirnya Ibnu dirawat orang lain, jauh di seberang. Tujuh tahun kemudian ketika kakak sulung Ibnu tengah mengandung kemenakannya, suami kakaknya meninggal, akhirnya kemenakannya itu pun dirawat orang lain, jauh di seberang.
Dan ketika mereka bertemu pertama kalinya, tak ada yang tahu, mereka adalah kemenakan dan paman. Hingga Ibnu mendengar penjelasan itu dari Eyang sepuhnya...
Nada, tanpa sengaja mengetahui itu semua dari arsip pribadinya yang asli yang disimpan ayah angkatnya, ia langsung mengerti, petunjuk itu jelas sekali.
Hari pernikahan itu pun tiba, Nada menghadiri akad nikah pamannya, ia turut menjadi saksi, sebutir airmata hendak keluar, namun cepat2 ia menghapusnya, “saya harus ikhlas ya Allah...” beruntunglah setelah hari pernikahan itu, Nada disibukkan dengan aktifitas kuliah yang makin menggunung, jadilah hatinya tak seremuk dulu, ini semua takdir, dan ia rela untuk itu, saat ini Nada hanya berharap seorang sholih yang Allah siapkan untuknya, pada masanya nanti....

Minggu, 22 November 2009

kangen berat

Setelah Tekad 1
Ya Alloh.. hamba sungguh telah terlanjur mencintai jalan ini, hamba sudah terlanjur mencintai ukhuwah ini.. maka Ya Alloh, berilah selalu kerinduan itu pada hati hamba, berilah selalu semangat itu pada setiap langkah hamba, karena hamba tlah terlanjur mengetahui jalan panjang nan berliku yang Engkau janjikan surga di akhirnya.. Apalah jadinya hamba jika Engkau tak memberikan kekuatan pada hamba untuk bertahan, apalah jadinya jika Engkau sedikit demi sedikit mengambil rasa kerinduan itu, sedikit demi sedikit mengambil semangat itu.. apalah jadinya...hamba tak mau itu terjadi... Ya Alloh...hamba ingin bertahan, bertahan sampai hamba mati.... meski sungguh2 hamba menyadari entah apa yang kan terjadi esok hari, semoga selalu Kau curahkan hidayah-Mu pada hamba... hamba mohon... Ya Robb, izinkan hamba nanti di akhirat memberikan mahkota yang indah pada orang tua hamba.. izinkan hamba merangkai mahkota itu mulai sekarang... hamba sangat mencintai orang tua hamba, meski Engkau tak pernah mempertemukan kami di dunia, semoga surga adalah tempat pertemuan di akhirat..
Ayah...lihatlah anakmu ini, dia sedang terpekur pada kalam Illahi yang sedang di dengungkan, ia sedang terpekur memikirkan Robb yang selama ini sering dilupakannya, dia sedang meminta, sugguh2 dari hatinya yang paling jernih, sebuah mahkota indah untukmu... Mahkota yang akan dia serahkan pada waktu pertemuan itu tiba.
Lihatlah ayah...anakmu telah memilih jalan dakwah sebagai bagian hidupnya, lihatlah,,ia ketakutan atas ketidak-konsisten-annya sendiri...ia ketakutan akan terlempar ke jalan lain yang entah apa muaranya..
Ayah....rindu ini memuncak, sedikit saja hal yang mengingatkan sungguh2 mengguncang sisi sentimentil anakmu ini... Seperti tadi, entah apa yang membuatnya, bulir airmata itu dengan mudahnya keluar begitu saja, tak biasanya anakmu ini seperti itu ayah..tak biasanya... 19 tahun, ternyata tak cukup bagiku untuk mengetahui alasan hakiki dari Alloh, ternyata tak cukup bagiku untuk banyak2 bersyukur..
Ternyata aku rindu sekali.......................................................
Selalu saja, saat flashback, ada cerita yang mengharukan, kebanyakan pedih ayah.... selalu saja.

Minggu, 08 November 2009

Berdirilah di Symposium termegah di Dunia

Berdirilah di symposium termegah di dunia, berdirilah disana, jadilah yang paling utama, dan berdirilah sebagai seorang MUSLIM.
Lihatlah kembali sejarah..
Betapa banyaknya peradaban dunia dibangun oleh orang Islam..
Lihatlah dunia saat ini, banyak tipuannya, banyak rekayasa, tapi lihatlah disisi lain.
Lihatlah muslim di belahan bumi lain?
Lihatlah saudara kita yang bermandi peluh untuk syiar Islam.. Lihatlah...
Kawan...
Begitulah seharusnya seorang muslim tampil.
Aku harus membaca buku itu dulu. hehe... biar postingannya bagus.

bertanya..

Ya Alloh... apa yang saat ini sedang aku lakukan, rasakan, fikirkan? Masya Alloh..aku mulai berdiri pada ketidakjelasan.
Mulai melupakan janji2, mulai melupakan cita2...
Aku dulu pernah bertanya- kenapa harus aku?
Aku dulu pernah bertanya- kenapa aku tak dicipta pada masa Rosululloh saja?
Aku dulu pernah bertanya- kenapa satu keluarga matinya bisa beda2? kenapa ngga lahir bareng trus mati bareng juga.
Aku pernah berkeluh- kenapa haruz gini sihh, aku pernah berkeluh- aaah, ini nggak adil....
Ya Alloh..mungkin hamba belum lulus dari ujianmu, hingga hamba begitu jenuh dengan semua ini. Ingin menyudahi saja, ingin mengakhiri saja.
Ya Alloh...mungkin hamba belum sepenuhnya berusaha menautkan hidup dan mati hamba hanya pada-Mu, hamba takut akan munafik, hamba takut akan murka-Mu, hamba takut sekali....
Padahal, Engkau menakdirkan itu semua bukan tanpa alasan... Padahal, Engkau memberi itu semua sebagai pembelajaran... sebagai kesempatan...
Izinkan hamba untuk menjadi hamba-Mu yang baik..., dengan ridho-Mu, hamba yakin akan dapat melalui semua ini..