Sabtu, 29 September 2012

percakapan##

a: "betapa mahalnya persaudaraan ya ukh..baruu saja aku merasakannya.."

m: "ceritakanlah sayang.."

a: "blablabladzigdzigdzig..beliau mengajarkan banyak sekali makna persaudaraan, tarbiyah, telada, solutif.."

m: "sayang..membabat hutan untuk menjadi ladang memang bukan perkara enteng.. pohonnya besar-besar.., harus bergulat dg hewan-hewan, rumputnya tinggi.. tapi bisa tersenyum senang ketika nantinya bisa menemukan kupu-kupu cantik, kolam-kolam permata..daann.. melihat lahan tersebut bermanfaat nantinya..:)"

a: "insyaallah.."

-------o0o-----o0o------o0o--------------------------

a: "saat ini, hanya wajah mereka yg bisa mendinginkan.. Rabb, lindungi hamba dari marah yg dibersamai syetan.."
a: "saya tahu sekali bagaimana rasanya diperlakukan seperti itu, maka saya akan dibarisan paling depan membuatnya tak merasakan apa yg saya rasakan.."
a: "lelah itu akan melipat dan berpangkat, saat keluh meluncur, ekspresi cemberut dan hati tak tulus"
a: "mungkin aku sedang berada pada titik jengah, atau lelah dan marah yg kulminat, sehingga menyebalkan bagi semua orang.. *ki, aku kambuh (lagi)"
a: "haruskah semua berakhir hari ini Rabb..? mesti kusudahikah tertatihku di jalan-Mu? apakah akhirnya aku tak Engkau pilih?.."
(send failed)
a: "tak merasa diri sudah menjadi sulung..ah..tiba juga hari ini.. :)"

m: "menjadi sulung bukan hal mudah, aku tahu.. semoga kita bisa menyelesaikannya dengan husnul khotimah ya cantikk =)"

------o0o--------o0o-----o0o----------------------------

a: "hampir saja ukh kemarin ane....blablabladzigdzig.."

r: "kok sama..aku jugaaa..."

a&r: *senyum "insyaallah kita bisa melewatinya"

r: "ayoo sayang yg kuaatt..:)"

a: "insyaallah"

-----o0o----o0o---o0o--------------------

h: semua tersembunyi, tak terlihat.. Tapi Allah tak pernah terlewat melihat segala jerihmu.. tahu kecamuk pikir dan hatimu.. Biarlah disegala ketertekanan ini..engkau berjalan dalam pelukan_Nya.."

#jazakillah sholihah.. ^_^





kali ini pinta itu hanya berupa sebaris harapan
bahwa cinta ini akan terus tumbuh bagaimanapun ia akan menghadapi angin, beku, panas, banjir, kemarau, lahar..

gumam

"mungkin..." dalam gemetarnya ia menerawang
"lebih baik aku terlahir sebagai bisu dan tuli"





rumah,entahkapan

pepasirbesi

aku bercakap dengan gemericiknya
ia bercahaya meski hanya berteman purnama
besarnya bahkan jauh dibandingkan bola pingpong sekalipun
kecil tubuhnya tak menghalangi terang purnama terpancar darinya
pepasir besi itu tetap terang meski terseret diatas bumi
apakah engkau bahagia wahai pepasir besi??



(calon cerpen yg ga belum jadi)

 baik popularitas-riuh pujian 
maupun ketersembunyian-kesunyian, 
adalah sama-sama ujian bagi pejuang..

Selasa, 04 September 2012

sadar


kadang kebaikan yang Allah berikan pada hidup kita juga ada pada pemberian pilihan-pilihan yang secara tidak sadar telah kita genggam: ayah ibu kita, teman-teman kita, hingga kepercayaan--faith yang kita punya. kesemuanya yang membentuk lingkaran ritmik kehidupan kita menjadi--kadang kala, kehilangan makna kesadarannya.

kita hidup sebagai seorang muslim, maka kita shalat, kita puasa, kita zakat, kita berhaji. rutinitas yang membentuk alam bawah sadar yang sistemik, hingga kita lupa untuk apa sebenarnya itu semua.

maka saya tersentak jika sesekali Allah beri pelajaran berupa kehadiran orang-orang unik, yang mencintai Islam dengan proses sadar untuk belajar mencintainya, meski dengan merangkak, tertatih, dan sesekali terjatuh. kemudian secara sadar masuk ke barisan ini, kemudian mencintainya pula. kemudian secara sadar berpeluh dan babak belur di jalan ini, kemudian mencintainya pula..

maka saya hanya bisa terbungkam malu, jika sesekali Allah beri pelajaran berupa kehadiran orang-orang unik, yang telah mengalami repetisi hidup hingga titik terjenuhnya, mengalami hidup yang keras tanpa didampingi ibunya, tapi ketika celupan Allah menyentuhnya, wushh, justru mampu ia dengan sadar memberi kontribusi konkret yang terbaik tentang bagaimana mencintai Islam ini secara utuh.

kadang kebaikan yang Allah berikan pada hidup kita juga ada pada pemberian pilihan-pilihan yang secara tidak sadar telah kita genggam: ayah ibu kita, teman-teman kita, hingga kepercayaan--faith yang kita punya. dan, ah, ya, tentu juga akal yang kemudian membentuk kesadaran kita tentang bagaimana menjadi manusia.

maka berbahagialah ia, siapapun itu, yang secara sadar mampu berteguh hati dengan pilihan peran dalam hidup yang telah dengan sadari ia pilih.

memilih menjadi muslim, memilih menjadi murabbi, memilih menjadi du'at, segala sesuatu yang ketika dengan sadar telah kita pilih dan sadar atas segala konsekuensinya, maka selamat berteguh-juang ria.

sebelum akhirnya dengan sadar kita memilih menjadi arsitekkah, memilih menjadi insyinyurkah, memilih menjadi ekonomkah, memilih menjadi pedagangkah, memilih menjadi menteri, presiden..


dan, akhirnya saya teringat kata-kata mereka, tokoh-tokoh istimewa yang telah mengalami titik kesadaran krusial dalam hidupnya,

"Islam akan dilepaskan ikatan demi ikatan oleh orang yang dibesarkan dalam Islam tetapi tidak mengenal jahiliyah". (Umar bin Khaththab)

kalimat singkat Al-Faruq yang diperjelas oleh Sayyid Quthb dalam "Karakteristik Konsepsi Islam":

"Orang yang mengenal jahiliyah itulah yang dapat memahami nilai Islam, dan dapat memahami pula bagaimana Islam menginginkan rahmat Allah terwujud di dalamnya dan nikmat Allah tercapai dengannya.

Sesungguhnya keindahan akidah, kesempurnaan dan keharmonisannya serta hakikat besar yang digambarkannya, semuanya ini tidak akan jelas bagi hati dan akal, kecuali setelah mengkaji kegalauan jahiliyah sebelum maupun sesudah Islam. Pada saat itulah akidah ini akan tampak sebagai rahmat yang sejati, rahmat bagi akal dan hati, rahmat bagi kehidupan dan makhluk. Rahmat yang mengandung keindahan dan kesederhanaan, kejelasan dan kerharmonisan, akrab dan menyenangkan, serta serasi dengan fithrah manusia secara langsung dan mendalam."
serta benar sekali kata Imam Ghazali,,
"your knowledge must improve your heart, and finish your ego"



biruku untukMu

pulanglah [masih dari jejakjejakbiru]

kita hidup di alam semesta di mana rantai kehidupan kita saling berjalin satu sama lain.
bertahan dengan pemikiran-pemikiran dan dunia sendiri suatu saat akan membuat diri menciut.

oleh sebab itu kita membutuhkan yang namanya tekanan, yang namanya rival/lawan, yang namanya masalah-masalah. bertemu dengan orang-orang yang pola fikirnya yang berbeda dengan kita akan membuat keyakinan identitas diri kita semakin teruji: "benarkah saya seorang 'Afifah' yang begini dan begitu?"
sesekali kita merasa takut, merasa tidak bebas, merasa tidak utuh menjadi diri sendiri, tapi tahukah, justru bertemu dengan beragam orang dan sudut pandang tersebut akan membuat hidup kita kaya, dan semoga makin bijak saja.

ini mungkin yang dimaksud oleh seorang kawan dengan basis-ladang ekspansi.

ya, seberani apapun kita merangsek ke depan dan membabat alas hutan--ladang ekspansi, kita tetap membutuhkan rumah untuk pulang, melepas semua penat, membuka kembali lembaran-lembaran pedoman dan kompas hidup kita: nilai-nilai hidup yang menjadikan kita apa dan siapa.
kemudian kita menyebutnya dengan keluarga: kakek, nenek, ayah, ibu, kakak, adik, (dan mungkin suami/istri kita kelak).

berlarilah secepat, terbanglah setinggi mungkin, bertemu dengan orang-orang beragam warna, boleh kau menyebutnya ekspansi atau apapun, tapi jangan lupa arah pulang.
berlari dan terbang jauh itu juga yang akan membuat kita bersyukur, atas karunia bernama 'keluarga' yang telah Allah sematkan secara inherent, dalam hidup kita.

Amanah itu.. [dari mba afifah]

Sejatinya amanah itu,
Bukan karena kamu mampu
Bukan pula karena mereka merasa kamu mampu

Bukan karena kamu tahu kapasitasmu
Bukan pula karena mereka tahu kapasitasmu

Dan jangan sampai pula karena kemauanmu

Amanah itu kehendak Allah, rencana Allah atas kehidupanmu

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu berhimpun untuk menjauhkanmu dari amanah itu, jika Allah tahu itu yang terbaik bagimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu bersepakat menyatakan bahwa kamu tak mampu, jika Allah tahu amanah itu jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dirimu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu berupaya maksimal agar seseorang yang bukan dirimu yang mengemban amanah itu, jika Allah ingin mendidikmu dengan amanah itu, maka ia berikan amanah itu kepadamu.

Bahkan sekiranya seluruh aibmu seketika memenuhi fikiranmu dan membuatmu berhenti melangkah karena ragu, jika Allah tahu amanah itu akan membuatmu menjadi hamba yang semakin baik dan semakin dekat dengan-Nya, maka amanah itu akan dia berikan kepadamu.

Percayalah, ada rencana terbaik yang sudah Allah persiapkan,
Sikapilah dengan ikhtiar terbaik yang kamu lakukan,
Serta pertanggungjawaban terbaik yang bisa kamu persiapkan.
Sekali lagi, ini bukan tentang kamu dan mereka, ini tentang kamu dan Dia
Dan melangkahlah dengan percaya, bahwa bersama-Nya semuanya akan baik-baik saja.