Jumat, 26 Desember 2008

Tidak Aku Duga Darinya

Seorang guru di salah satu negara Islam, putranya jatuh dari atap rumahnya. Oleh karenanya, putranya itu langsung meninggal dunia ... Inilah takdir Allah.

Bapak guru ini tidak menanggung beban kesedihan darinya. Akan tetapi dia khawatir terhadap istrinya ketika mengetahui kematian anaknya.

Lalu istrinya tahu. Apa yang dilakukan? Apakah dia menampar pipinya atau merobek sakunya? Apakah dia jatuh pingsan karena tidak kuat menahan beban berat?

Kita lihat ....

Ya, dia berucap lirih ... kalimat-kalimat...

dengarkanlah dengan baik.

Dia berkata,"Alhamdulillah, apapun yang terjadi. Ya Rabbi, Engkau memberiku empat orang anak, lalu Engkau mengambil satu. Ya Allah berikanlah kepadaku ganti yang lebih baik daripadanya untuk agama dan duniaku."

Subhanallah, benarkah dia mengucapkan itu, sementara ini adalah zaman modern. Iman dan kesabaran apa yang mendorong sang ibu mengucapkan kata-kata itu? Ya ... benar-benar kalimat iman yang mencengangkan suaminya.

Inilah komentar sang suami tentang istrinya, "Saya tercengang. Dengan iman yang kuat, dia menerima musibah pada saat terjadinya dengan tenang dan berharap pahala dari-Nya."

....Ibu ini tidak berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala....

Dia bersyukur kepada-Nya atas nikmat anaknya yang berjumlah empat, di mana salah seorang dari mereka diambil oleh Allah.
Dengan hati yang murni dia memohon agar Allah menggantinya dengan yang lebih baik daripadanya.

Lebih baik bagi agama dan dunianya.

Ukhti yang mulia, itu adalah buah, buah bersemayamnya iman di dalam hatinya. Yang diterjemahkan oleh pikiran dan diungkapkan oleh lisan.
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sabar di saat musibah dan kesulitan. Sebuah titik tolak, darinya ibu ini menghadapi kehidupan.

Kehidupan dengan kebahagiaan dan kesulitannya. Dengan izin Allah Taala, saya akan menjadikan hari-hari mendatang sebagai tolak ukur kadar syukur dan sabarku kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Pemberi.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (terdapat dalam hadits shahih Al-jamius Shaghir, juz 4, no.3875) yang artinya:

Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, semua perkaranya baik dan itu hanya untuk orang mukmin. Jika dia memperoleh nikmat dia bersyukur, maka hal itu baik untuknya, dan jika tertimpa musibah dia sabar, maka hal itu baik baginya.”

· Dalam hidup ini terkadang kita berbahagia, saat Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan nikmat-nikmat-Nya yang besar, maka kita harus bersyukur kepada-Nya.

· Dalam hidup ini terkadang Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji kita dengan musibah, antara lain dengan kehilangan orang yang kita cintai seperti ibu, ayah, anak atau istri. Maka kita harus tetap bisa mengendalikan diri saat musibah terjadi dan memohon kepada Allah agar memberi ganti yang lebih baik.

Sumber: Khoirunnisaa il’aalamiina- muwaaqifa nisaaiyyati masyriqotin

1 komentar:

Suryo Nugroho mengatakan...

curaaaang, artikel nie di bajaaak,,,,,


^_^ tp luar biasa ya isinya, masih ada di jaman modern ini seseorang yang ikhlas dan bersyukur terkena "musibah", jk itu dianggap "musibah"..

akankah dan bisakah qt sabar jk mengalaminya???????

gmn calon umi????? ( cthnya seorang ibu si ^_^ )