Senin, 23 April 2012

sebab menulis adalah . . .

semenjak kita lahir..
ada yang mengajarkan untuk mengeja..
semula satu kata: ibu.. atau ummi.. atau mamah.. atau bunda.. atau..
lalu dua..kata kedua: ayah.. atau abi.. atau papah.. atau bapak.. atau..

seterusnya kita diajarkan mengeja
lalu membaca
dan apa yg kita eja? dan apa yang kita baca?
dan mengapa mengeja? kenapa membaca?

: karna ada yang menulis . . . .

Al Qur'an yang terbukukan
Hadist yang terhimpun
Syair yang tersimpan
dan naskah-naskah yang menjelaskan

atau jurnal penelitian 
atau prosiding
atau makalah, laporan praktikum, catatan kuliah

apalagi ini..
buku-buku, yang membuat seorang sahabat saya dulu memutuskan untuk memilih
memilih berhijab
memilih berhimpun dalam kafilah ulul albab.. kereta dakwah di sekolah..
dan memilih..mempertahankannya hingga kini

artikel, yang membuat seorang adik terhenyak henti
lalu menghela nafas..antara berat dan lega
lalu..'sehat' kembali..

novel, yang membuat seorang remaja sesegukan dikamarnya
lalu membasuh dirinya dengan wudlu..
dan akhirnya 'kembali'..

cerita, yang membuat seorang anak lumpuh bersemangat
dan akhirnya bisa 'berlari'

ehem.. iyaa sebab menulis adalah begitu..
satu dua, atau bahkan tak tahu seberapa yang 'tersesat' membacanya memetik hikmah, tertegun sejenak, lalu kembali pada 'kesadaran'..dan akhirnya 'pulang'
sebab menulis... mungkin hanya sebagai 'hiburan' yang membaca (atau yang menulis)
tapi setidaknya, ada senyum simpul yang dihadirkan..atau tawa yang dipecah menjadi seringai ceria.. atau tangis yang mengembalikan


menulislah, karena yakin tulisan kita bisa merubah. 
menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
(tere-liye)
maka jangan harap anda akan mendapati sekian puluh paragraf tulisan saya yang di dalamnya pure tanpa opini, tanpa emosi, tanpa tendensi. Sebab sebagaimana emosi itu abstrak (nyatanya paruh melancholy yang menimpa saya adalah rasa, bukan sistematis, bukan linier, bukan apapun yang serba perfect..), bentuk tuangannya pun serba abstrak..

menulis adalah berkaca, bercermin,,
melihat wajah kita sesungguhnya, bahkan bagi mereka yang tak pandai menulis pun adalah sebuah pembuktian akan karakternya yang lain, akan bentukan dirinya..

pada akhirnya..
menulis itu.. belajar.

sebagaimana hidup adalah sebuah pembelajaran..
maka menulis adalah kehidupan
(Scentia Afifah Taibah)


ndang, nuliso..
beranjak dhuha..
(masih) bersama Palmae
23April2012



Tidak ada komentar: