Selasa, 04 September 2012

sadar


kadang kebaikan yang Allah berikan pada hidup kita juga ada pada pemberian pilihan-pilihan yang secara tidak sadar telah kita genggam: ayah ibu kita, teman-teman kita, hingga kepercayaan--faith yang kita punya. kesemuanya yang membentuk lingkaran ritmik kehidupan kita menjadi--kadang kala, kehilangan makna kesadarannya.

kita hidup sebagai seorang muslim, maka kita shalat, kita puasa, kita zakat, kita berhaji. rutinitas yang membentuk alam bawah sadar yang sistemik, hingga kita lupa untuk apa sebenarnya itu semua.

maka saya tersentak jika sesekali Allah beri pelajaran berupa kehadiran orang-orang unik, yang mencintai Islam dengan proses sadar untuk belajar mencintainya, meski dengan merangkak, tertatih, dan sesekali terjatuh. kemudian secara sadar masuk ke barisan ini, kemudian mencintainya pula. kemudian secara sadar berpeluh dan babak belur di jalan ini, kemudian mencintainya pula..

maka saya hanya bisa terbungkam malu, jika sesekali Allah beri pelajaran berupa kehadiran orang-orang unik, yang telah mengalami repetisi hidup hingga titik terjenuhnya, mengalami hidup yang keras tanpa didampingi ibunya, tapi ketika celupan Allah menyentuhnya, wushh, justru mampu ia dengan sadar memberi kontribusi konkret yang terbaik tentang bagaimana mencintai Islam ini secara utuh.

kadang kebaikan yang Allah berikan pada hidup kita juga ada pada pemberian pilihan-pilihan yang secara tidak sadar telah kita genggam: ayah ibu kita, teman-teman kita, hingga kepercayaan--faith yang kita punya. dan, ah, ya, tentu juga akal yang kemudian membentuk kesadaran kita tentang bagaimana menjadi manusia.

maka berbahagialah ia, siapapun itu, yang secara sadar mampu berteguh hati dengan pilihan peran dalam hidup yang telah dengan sadari ia pilih.

memilih menjadi muslim, memilih menjadi murabbi, memilih menjadi du'at, segala sesuatu yang ketika dengan sadar telah kita pilih dan sadar atas segala konsekuensinya, maka selamat berteguh-juang ria.

sebelum akhirnya dengan sadar kita memilih menjadi arsitekkah, memilih menjadi insyinyurkah, memilih menjadi ekonomkah, memilih menjadi pedagangkah, memilih menjadi menteri, presiden..


dan, akhirnya saya teringat kata-kata mereka, tokoh-tokoh istimewa yang telah mengalami titik kesadaran krusial dalam hidupnya,

"Islam akan dilepaskan ikatan demi ikatan oleh orang yang dibesarkan dalam Islam tetapi tidak mengenal jahiliyah". (Umar bin Khaththab)

kalimat singkat Al-Faruq yang diperjelas oleh Sayyid Quthb dalam "Karakteristik Konsepsi Islam":

"Orang yang mengenal jahiliyah itulah yang dapat memahami nilai Islam, dan dapat memahami pula bagaimana Islam menginginkan rahmat Allah terwujud di dalamnya dan nikmat Allah tercapai dengannya.

Sesungguhnya keindahan akidah, kesempurnaan dan keharmonisannya serta hakikat besar yang digambarkannya, semuanya ini tidak akan jelas bagi hati dan akal, kecuali setelah mengkaji kegalauan jahiliyah sebelum maupun sesudah Islam. Pada saat itulah akidah ini akan tampak sebagai rahmat yang sejati, rahmat bagi akal dan hati, rahmat bagi kehidupan dan makhluk. Rahmat yang mengandung keindahan dan kesederhanaan, kejelasan dan kerharmonisan, akrab dan menyenangkan, serta serasi dengan fithrah manusia secara langsung dan mendalam."
serta benar sekali kata Imam Ghazali,,
"your knowledge must improve your heart, and finish your ego"



biruku untukMu

Tidak ada komentar: