Jumat, 08 Maret 2013

Re-Imaging Setan dalam Makanan



Memang lezat rawon yang dijual di warung seberang hotel J.W. Mariot, Surabaya, itu. Apalagi menu rawon yang saya pesan : Rawon Buntut. Bumbu dan porsinya pas (kecuali kecambah mentahnya yang dari dulu saya nggak pernah doyan). Saya rasa restoran itu sudah sangat terkenal, terlihat dari penuhnya kursi dengan para tamu dan berbarisnya mobil yang terparkir di depannya. Restoran itu hanya buka di malam hari. Makanya namanyapun sangat beraroma malam : Rawon Setan !!!

Astaghfirullah... hampir saja saya tersedak mengingat namanya. Dan selera makanpun jatuh lunglai. Kenapa harus setan ? Ya, saya baru teringat dengan sejumlah nama restoran dan makanan yang belakangan banyak diembel-embeli kata “setan” : Gado-gado Setan, Nasi Goreng Setan, Bakso Setan, Bakmi Setan, Bebek Setan... Hebatnya, pengunjungnya meningkat sejak menunya bergelar setan. Mungkin karena penasaran, atau mungkin karena memang enak.

Bulu kuduk saya mulai merinding... Saya membayangkan sejumlah orangtua mengajak anak-anaknya makan di restoran bermenu setan-setanan. Mereka makan gado-gado setan dan ternyata enak; mereka makan nasi goreng setan dan ternyata lezat; mereka makan bebek setan dan ternyata lekker. Lalu, akhirnya anak-anak itu dengan lugunya menyimpulkan :

“Bunda, ternyata setan enak ya...”

Ups... sebuah konklusi sederhana yang logis dan sangat masuk akal : setan telah terasosiasi di alam bawah sadar anak sebagai sesuatu yang enak, lezat dan menyenangkan. Ya, mirip iklan-iklan rokok yang dalam jangka panjang mampu menciptakan citra gagah, cowok sejati, setia kawan, kemapanan, kreatif dan sebagainya. Bentuk fisik rokoknya memang tak ditayangkan, namun citra positifnya menjadi investasi jangka panjang di alam bawah sadar pemirsanya.

Tapi... saya rasa koki dan pengelola menu setan-setanan tersebut tak berniat untuk mempromosikan setan. Cuma, setanlah yang membisiki hati para koki dan pengelola restoran untuk menggunakan namanya sebagai brand. Lalu, setanpun membisiki alasan yang masuk akal atas “brand” tersebut : “Jangan terlalu serius lah... Ini cuma  buat lucu-lucuan... Minimal untuk bikin konsumen penasaran, kemudian tertarik untuk mencicipinya...

Huh... Setan sejak dulu selalu begitu :  mengelabui, menyamarkan, berkamuflase. Allah sudah mengingatkan, salah satu dari satanic action adalah ghamudul-haq, alias menyamarkan kebenaran. Kompatriot Iblis ini selalu mengambil jalan pengecut : menelikung dari belakang. Kita tak menyadari kehadirannya, namun mereka menyadari kehadiran kita : “Dia dan pengikutnya melihat kalian dari tempat di mana kalian tak dapat melihatnya” (Q.S. 7 : 27).

Sebuah label telah Allah berikan terhadap kelakukan mereka : Tipu daya – politicking. Dan tampaknya setan sedang menggunakan siasat lamanya untuk melakukan re-imaging lewat makanan. Rupanya setan sedang melakukan strike-back, sebuah serangan balik, terhadap citra buruk yang dilekatkan para penegak kebenaran terhadap kaum mereka. Hehehe... bukan hanya koruptor yang melakukan strike-back. Setanpun ingin belajar dari koruptor. Maklumlah, mereka sejatinya bersaudara...

Dasar setan !!! Atau... sayanya saja yang lagi parno ???

Wallahu ‘alam...


**copas dari notes pak adriano rusfi yg ternyata bapaknya mba asiah kakak tingkat di kampus -___- (kemana aja ket selama ini)
judul asli tulisan: setan re-imaging

2 komentar:

fralfath mengatakan...

sekedar blogwalking, sepertinya mb ini asik juga orangnya. Terlihat dari gaya tulisannya. Well,sy enaknya panggil siapa ya buat mb penulis? Gak enak kalau cuma panggil 'mbak ini" :D

ngomong2 ttg setan, ada hal lain yg juga perlu disampaikan tg 'bgm menyikapi penampakan dan ritual di sekelilingnya' dan mungkin juga bagaimana mengenalkan anak2 tentang 'kematian' atau bahkan 'orang mati'. Mungkin sekarang sudah menurun orang modern yg tdk takut jin, dan juga ketika ada orang mati. Namun, disisi lain juga, praktik perdukunan dan tayangan 'pengancam akidah' juga banyak beredar semacam video2/tantangan menghadapi hatu2 di TV (apa sekarang udah ga ada ya? :D maklum sdh g lihat TV lagi).

Intinya, apapun itu, tentang 'setan'. Menjadi orang dewasa saat ini harus lebih kreatif utk menjelaskan siapa setan itu, bagaimana memperlakukannya, dan pergeseran makna dalam kehidupan.

Akhir kata, Keep writing :)

Ayomi Albanna mengatakan...

haha, yg antum kasih komentar ini bukan tulisan ana ukh :D
panggil saja saya "ayomi" atau "chatrin" :D
ini dg ukhti alfath?atau saya panggil siapa?hehe

banyak sekali celah bagi setan utk menunjukkan eksistensinya..melalui apapun.. dan, ya begitulah ^^