Senin, 25 November 2013

ikhlas #3



merenung.. mari memprasangkai diri sendiri.. jangan-jangan dakwah yang kita lakukan itu bukan “demi orang lain” tapi “demi diri sendiri”.. ketika berdakwah, orang lain mencela, lalu kita berhenti, ketika menyampaikan nasihat, orang lain tidak merespon, lalu kita menyerah.. kita baru semangat setelah ada yang memuji, atau setelah ada yang mau mendengarkan dengan baik, atau setelah ada pengakuan..

padahal dakwah itu bagi kita adalah wajib, dan bagi mereka yang didakwahi adalah hak.. mereka berhak mendapatkan nasihat, terlepas mereka sadar atau tidak..
 
perkara mereka mendengar atau mengabaikan, menerima atau menolak, mendapat hidayah atau tidak, itu sudah bukan lagi bagian kita.. itu bagian Allah seutuhnya..



saya jadi teringat obrolan dengan seorang mbak..saat ada mukhoyam, kita ngobrol bertiga waktu itu..dan seperti biasa *ini analisis pribadi* saya mengambil sisi lain setiap obrolan,yg biasanya 'tak terlalu dianggap penting' oleh teman ngobrol yg lain B)
suatu ketika, mbak ini bilang *dengan sedikit penyesuaian* begini, " tiga atau empat tahun lalu yg namanya keikhlasan masih tersamar.. karena aktivitas kita di lembaga, sebagai pengurus, sebagai kepala departemen, sebagai ketua umum, sebagai tokoh publik.. ya,sebagai apapun deh, yg tersemat dalam pribadi kita.. karena semua itu terlihat, jadi sulit mendeteksi keikhlasan, apa sudah ikhlas atau belum.. karena dengan "berbagai sebagai yg tersemat" dalam diri kita dan itu diketahui publik, dan itu terlihat secara nyata..ya, maka mudah saja bagi kita untuk melakukan yg terbaik, optimal, semangat, dsb..
beda dengan sekarang..ketika semua sandang semat predikat kita di organisasi tlah lepas, dan kita menjadi manusia tanpa embel2 sebagai ini, sebagai itu.. tapi, kerja-kerja dakwah itu tak pernah habis, kita tetap bekerja di jalan dakwah, sekalipun dalam sunyi, dalam tenang, di ketersembunyian..karena tak banyak yg melihat, publik tak tahu, padahal pekerjaannya lebih berat dari sebelumnya.. disinilah keikhlasan itu diuji.. 
karna tak akan ada yg memandang kerja kita, memberi riuh tepuk tangan, memberi penghormatan, bahkan mencaci dan mengkritisi.. kita bekerja dalam kesunyian, tak banyak yang menyadari.. tapi, mungkin Allah menyelipkan balasan yang jauh lebih baik.. karna kita belajar menjernihkan niat..dan terus meluruskannya, meski tak ada siap-siapa yg melihatnya.. hanya yakin, Allah pasti melihatnya!"

dan kemarin siang saya juga diingatkan tentang seorang sahabat "arqam bin abil arqam", ada yg tau sejarah lengkap beliau?hampir tak ada.. atau sahabat lain, saya lupa namanya.. ada juga julaibib..

begitulah sejarah telah mengajarkan..
makanya banyak2 caper nya sama Allah, bukan sama makhluk.. karna kalo caper sama Allah, kau takkan pernah dikeceakan, sementara caper sm makhluk, maka bersiaplah untuk kecewa berkali-kali..

Tidak ada komentar: