Rabu, 07 Januari 2009

Kerja keras

Kerlip kunang-kunang lebih ramai di sini.
Terbang berkelompok. Beranjak pulang ke sarang.
Langkah Laisa terhenti. Menatap cahaya mereka yang indah.
“Ikanuri, Wibisana, Dalimunte….” berkata pelan.
Langkah adik-adiknya di depan ikut terhenti.
“Lihatlah! Kunang-kunang yang indah-“
Ikanuri dan Wibisana mengangkat kepalanya.
“Suatu hari nanti….” Kak Laisa terdiam sebentar, ia tersenyum amat tulus sambil menatap wajah adik-adiknya diremang semburat merah langit….
“Suatu hari nanti, sungguh kalian akan melihat berjuta kerlip cahaya lampu yang jauh lebih indah di luar sana, di luar lembah kita…
Satu kunang-kunang berdesing di depan mereka.
Kepala Dalimunte tertunduk.
“Ikanuri, Wibisana, suatu saat nanti kalian akan melihat betapa hebatnya kehidupan ini… Betapa indahnya kehidupan di luar sana. Kalian akan memiliki kesempatan itu, yakinlah.. Kakak berjanji akan melakukan apapun demi membuat semua ini terwujud…”
Dalimunte menyeka ingusnya.
“Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang, dengarkan kakak, kalian harus rajin sekolah, rajin belajar dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi Mamak yang sepanjang hari terbakar matahari di ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana, Dalimunte, kalian harus selalu bekerja keras, bekerja keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji kehidupan yang lebih baik akan berbaik hati datang menjemput…”
Dalimunte sudah menangis pelan.
“Kelak kalian akan melihat kerlip cahaya yang lebih indah…”
Dalimunte sudah terisak.
Dia mengerti. Amat mengerti segalanya-
***
Juga di sini. Ikanuri juga benar-benar menangis.
Lihatlah! Menara Eiffel terlihat cemerlang. Penghujung tahun begini, Menara Eiffel bagai pohon natal raksasa. Kerlip berjuta lampu kota Paris yang tersaput selimut salju putih tak mau kalah, terlihat begitu mempesona. Seperti sejuta kunang-kunang. Menyeruak berpendar-pendar.
(Bidadari Bidadari Surga hal. 137-139)


Kerja keras! Agar hidup ini ga sia-sia. Agar harapan dan cita-cita bisa terwujud. Agar kebahagiaan dua permata kehidupan dapat kita saksikan. Agar jadi orang kaya! Agar dunia dalam genggaman kita. Agar bisa membeli roket yang lebih hebat dari roketnya Israel. Agar…. Agar… Agar lingkaran minda itu hadir menyapa kehidupan kita di dunia.

Dunia memang tak sesempit daun kelor (apa pula daun kelor itu?), tapi juga tak seluas alam semesta yang tlah Ia cipta. Kita ini kecil! sangat kecil! Dunia ini kecil! sangat kecil! Tapi kita ternyata juga kecil di dunia ini! Tak usah terlalu mencintai dunia, akan ada kehidupan abadi yang kan kita temui. Tapi..lupakah buat apa kita dicipta? Beribadah pada-Nya,,menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar, dan menjadi KHALIFAH di muka bumi ini.

Sssstt..rasanya aku belum pantas ngomongin masalah ini.. menyeru pada yang ma’ruf? ah, aku kan tak bisa lantang bersuara.. Suatu hari, guruku pernah mengatakan “untuk merubah dunia dibutuhkan satu orang yang bisa mengubah pendapat” rasanya aku sama sekali tak masuk dalam jajaran orang-orang itu. Berpendapat aja aku belum bisa, hanya berpendapat dalam hati, memikirkannya, lalu kalau aku mau akan ku tuliskan disini. Tapi, jangan harap aku akan ngomong seperti apa yang hati dan pikiranku rasakan, kadang-lebih sering malah, apa yang aku sampaikan tak sama dengan apa yang aku pikirkan atau maksud yang ingin kusampaikan tak bisa dipahami orang, singkatnya menimbulkan pemikiran lain yang tak aku maksudkan. Uuh.. aku lebih baik diam saja dan bertindak dengan tepat. Lebih baik seperti itu..

“ukhti harus ngomong…”begitu kata saudariku suatu saat,, ah ukhti..kalau saja aku bisa, pasti akan kujelaskan dengan lancar apa yang aku pikirkan, nyatanya sekali berucap aku lupa dengan apa yang akan ku katakan.
Aku masih belajar, ibarat matematika,,aku masih mencari tau dari mana datangnya rumus x dari mana datangnya rumus y,, tapi kalian-antum sekalian sudah mulai belajar menerapkan rumus x dan y dalam soal-soal.. Aku masih belajar… Aku masih belajar… Aku masih belajar… Aku masih belajar…. Aku masih belajar… Aku masih belajar…hhh..aku masih belajar..

Tidak ada komentar: