Senin, 24 Oktober 2011

Untuk seorang mba yang hingga saat ini tak terganti


Hari itu aku pulang terisak, sesak rasanya... kenapa harus berbeda? Kenapa harus berbeda sesama muslim.... meskipun aku sudah tahu sejak sma soal itu..dia yang menjelaskan.. dan berkali-kali pula mengingatkan untuk tak merasa diri paling benar...
Aku terisak....rindu padanya...
“adikku sayang... rindu ini akan mencari jalannya untuk bertemu.. semoga malam ini dalam mimpi, semoga malam ini dalam doa,  semoga malam ini dalam ridho-Nya.. semoga suatu hari nanti di surga-Nya.. aamin”
Dan ternyata sehari setelah itu kami bertemu... bertemu beliau dengan buncah kerinduan..hampir2 aku tak mampu menahan tubuhku kalau beliau yang tak menahannya....
Rasanya sebentar sekali...hanya beberapa detik saja... Robb, apakah mbakku ini begitu mahal?? Ingin sekali memeluknya erat, lama.. menumpahkan semuanya...
Tapi mungkin beliau tak ingin aku bergantung selain pada Allah... mentarbiyahku untuk tak manja..
Sebentar, dia melepas pelukanku... mungkin karna di tempat umum juga...
Ah mbaa..... aku masih kangen......
Ketika banyak sahabat mengingat masa putih abu2nya... spesial! Sungguhlah,,aku juga rindu..
Teringat hari itu saat pertama pertemuan kita...
Biasa saja... aku tak tertarik... tapi aku penasaran dengan apa yang kau lakukan mba.. jadilah aku rajin datang dalam lingkaran itu..
Satu per satu kata kau kenalkan pada kami... tarbiyah, ukhuwah, harokah...
Waktu cepat sekali berlalu... rasanya masih kemarin aku lulus smp, mendaftar sma di kota pwt, merantau... kemudian dipaksa seorang sahabat ikut rohis, tak tertarik..akhirnya dipaksa untuk mewakili kelas saja... rasanya masih kemarin aku tersedu di sudut musola kecil sma-ku, musola yang akan di robohkan... aku tak rela! Rasanya masih kemarin bersama saudara seperjuangan mendengarkan mba berbicara soal harokah..menyerahkan pada kita untuk memilihnya sendiri...yang mana saja.
Rasanya masih kemarin melihat kakak2 kelas mengadakan acara tandingan “promt nite” yg tentu jelas berkebalikan suasananya...tapi disana ada ketua osis, ada anak paskib, pentolan2 sma justru bersama kita.. jelas, di acara tandingan itu tak ada gemuruh musik2, hanya isak tangis.. dari pak chanan, dari kami... ingaat sekali apa yang pak chanan katakan waktu itu.. “negeri ini milik kalian anakku, negeri ini milik para ulama!”
Rasanya semuanya masih kemarin, penolakan pada perayaan valentine day, syuro untuk penyambutan sisbar yang takut ada pencekalan, atau tantangan untuk menambah 1 agenda sebelum promt nite, tasyakuran, dg syarat diluar kemampuan kami dari kesiswaan..tapi Allah menolongnya...
Rasanya baru kemarin mba.... aku megeja kata itu “fityatun fattah” rasanya baru kemarin..
Sekarang mesti menjadi kakak bagi adik2 yang super spesial... bisakah aku sepertimu mba.. bisakah aku seperti mba-nya sahabat2ku... yang akhirnya seperti inilah kami kini...
Tapi kau selalu merendah.. “itu karna doa orangtuamu shalilah, doa kebaikan untukmu..”


for: mba syif-kuu yg selalu ku rinduu...

Tidak ada komentar: