Sabtu, 18 Mei 2013

tokoh muslim,politik,muslim negarawan

hehe,judulnya saya ubah suka2.. :D
tulisan ini bagus, saya suka,ya..suka tulisannya lah, haha

sarat makna, komplit..ya, baca aja ya ampe selese, nggak nyesel dah bener :)
ah, saudara seperjuangan yg terus menjadi.. ini baru satu yg di solo, apa kabar yg dibandung? semarang? jogja? jakarta? huehee..belakangan kalian aku rindukan lebih.. Ulul Albab.. Ulul Albab..
semoga Allah himpun kita lagi ya saudara saudari..dalam himpunan yg jauh lebih baik lagi..
eh, kenapa jadi curhat gini.. haha, oke.. selamat membaca tulisannya akh prof.alqaan (itu gelar prof sudah istiqomah beliau sematkan sejak sekolah lhoo) atau yg biasa dipanggil bang botak oleh rekan se-almamaternya, insyaAllah bermanfaat!

HILANGNYA TOKOH MUSLIM DARI PANGGUNG POLITIK 

oleh: Alqaan Maqbullah Ilmi

Tahun ini, ya 2013, menjadi sebuah keadaan yang sangat ketat bagi tiap kepentingan politik melakukan propagandanya. Dan menjadi sesuatu yang unik bahwa mulailah bermunculan setiap niatan yang tersembunyi. Untuk kemudian menggiring orang-orang pada sebuah opini yang telah dipersiapkan untuk dirinya. Namun akan tetap sama, massa mengambang adalah sasaran empuk bak hidangan di atas piring yang siap diperebutkan.

Dalam tulisan ini saya ingin mengkaji kembali banyaknya opini yang mengatakan bahwa tahun 2014 adalah kuburan bagi partai islam. Bagi saya kata-kata ini bukanlah sebuah ramalan tapi ini adalah bagian dari rencana banyak orang untuk kemudian menyingkirkan lawan politiknya yang memiliki ideologi sangat kuat, yaitu umat islam. Saya katakan ideologi yang sangat kuat karena apa yang diperjuangkan oleh umat islam adalah jelas dan sangat konkret. Bahkan sejarah sampai hari ini telah membuktikan bahwa di sinilah perjuangan akan nilai kemanusiaan sesungguhnya lahir dan berkembang. Mengembalikan manusia pada harkat dan martabat. Mengembalikan manusia pada kebahagiaan yang hakiki. Mengembalikan manusia pada nilai produktivitas yang luhur untuk dunia dan akhiratnya.

Alif laam miin. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. QS Al Baqoroh : 1-5

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. QS At Tiin : 4-6

Ada pernyataan yang mungkin tidak asing di telinga kita,”islam yes, partai islam no”. Ada yang tidak saya pahami di sini. Apakah kita harus kembali belajar sejarah bahwa bangsa dan negara ini didirikan atas darah siapa? Tanah air ini dipertahankan pada masa revolusi atas darah siapa? Apakah belum cukup bagaimana teriakan bung Tomo? Apakah kalian mau merasakan bagaimana Soedirman menahan sakitnya saat perang gerilya padahal dia bisa saja cukup menjadi seorang kepala sekolah?

Kita perlu belajar dan kembali memahami. Atas ketakutan apa kemudian kita tidak menyepakati bahwa politik adalah bagian dari peran penting yang harus diambil umat islam. Bahwa di sinilah sendi kemaslahatan itu hidup dan diperjuangkan. Bahwa adanya kedzaliman di sini akan menjadi sumber kedzaliman yang lain. Ya, bukankah keputusan tentang BBM juga bagian dari politik? Bukankah penghianatan NAMRU-2 juga bagian dari politik? Bukankah bodohnya kedaulatan pangan juga bagian dari politik? Dan hari ini perlu lah kita mengingat kembali para tokoh pembesar negeri ini.

Anda mengenal Soekarno, siapa dia? Anda mengenal Kartosuwiryo? Anda mengenal Semaun? semua orang ini mempunyai satu guru yang sama, mempunyai satu mentor yang sama, HOS Cokroaminoto. Inilah salah seorang muslim negarawan. Seorang yang menyebarkan semangat kebangsaan bahwa umat islam haruslah berdaulat.

Kita mengenal sejarah Indonesia adalah kumpulan kerajaan Islam yang terpecah karena pengaruh belanda. Masih ingatkah kita dengan kisah pecahnya kerajaan mataram menjadi keraton solo dan jogja. Namun kemudian suara itu menyatukan kita. Jika bukan karena Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ari, maka hari ini kita belum akan memiliki kesatuan yang utuh. Komando yang terpusat untuk bergerak bersama.

Ingatlah kalian, negara manakah yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia, ya mesir. Siapakah pria yang menjadi penghubung pentingnya? Dialah Adam Malik, mentri luar negeri kita yang mengunjungi Hasan Al-Banna untuk kemudian menekan Raja Mesir untuk membantu rakyat Indonesia secara politik.
Atau kita perlu membaca teks Piagam Jakarta, sepertinya perlu agar kemudian memahami bagaimana ia memiliki kesamaan semangat dengan piagam Madinah di awal masa hijrah nabi bahkan isinya juga. Hai, perlukah saya bacakan kembali kisah perjuangan rakyat aceh dan jogja dalam membesarkan bayi Indonesia sehingga keduanya pantas memiliki status keistimewaan.

Saya rasa kita adalah orang yang cerdas dan mampu memahami. Tidak berkelit dan tidak menutup telinga kita pada hal yang telah nyata dalam keseharian kita. Manakah yang lebih kalian percaya atas berita tentang umat ini, yang datang dari penyerunya atau yang datang dari musuhnya? Ya, hari ini pesan-pesan itu sangat kuat, fitnah-fitnah itu sangat besar. Menampar keraguan kita akan agama kita sendiri, akan saudara kita sendiri, akan perjuangan mereka menegakkan bagian diinnya.

Ini bukan pertama kalinya, sungguh dalam awal islam pun perpecahan dalam umat ini sudah pernah terjadi. Ingatlah ketika sebuah pasukan berbeda pemahaman tentang perintah sholat ashar dalam perjalanan ke medan perang. Namun nabi mendiamkan dan membenarkan keduanya. Ingatlah ketika di medan perang, pasukan muslimin dari berbagai suku membaca qur’annya masing-masing saat bertilawah bersama. Saat itu hampir terjadi pecah perang karena dianggap yang lain adalah berdosa menggubah kitab suci. Namun kemudian khalifah utsman menyatukannya dengan dialek quraisy. Ingatlah perpecahan panjang pada masa khalifah ali, dan kemudian hasan menyerahkan kursi khalifahnya pada muawiyah untuk menyatukan kembali kepemimpinan umat.

Namun ingatlah kalian, ketika datangnya perang salib. Bagaimana antar pemimpin islam kala itu justru membantu kulit putih dengan menunjukkan kelemahan saudaranya. Mereka saling berebut kekuasaan dan merasa paling benar. Dimanakah ukhuwah? Dimanakah kepentingan umat? Dan hari ini kita mengulanginya. Dan hari ini kembali kita akankah mengulanginya. Ya, hanya karena beda golongan kemudian saling menyerang. Padahal umat islam keseluruhannya merupakan bahan bangunan. Bata, pasir, kapur, semen bahkan air yang lembut. Semua memiliki fungsi masing-masing untuk membangun sebuah gedung yang tinggi lagi kokoh. Semua dapat mengambil tempatnya masing-masing untuk mencapai satu kesatuan yang saling menguatkan.

Coba kalian perhatikan. Ketika muslim palestina menangis, apakah karena beda negara kemudian kita tidak peduli? Masih ingatkah kalian bahwa Soeharto pernah membantu muslim Bosnia ketika seluruh dunia diam terhadap genosaid? Kemanakah suara umat muslim merah putih hanya sekadar menyebrang ke rohingnya? Mungkin akan jarang terlihat di televisi bagaimana keadaan saudara kita di Mali. Atau kita akan punya pendapat yang berbeda tentang saudara kita di Suriah. Ya tentu, tidak perlu jauh-jauh. Lah di negeri kita saja setiap ada suatu golongan muslim dicampakkan yang lain malah kegirangan bahkan bersyukur, saya tidak habis pikir, dimana letak loyalitasnya pada islam. Ketika yang satu disinggung kolot yang lain disinggung fundamentalis. Dan setiap yang berbeda akan saling menghina.

Kawan, inilah pentingnya kita bersatu untuk kemudian menatap bersama mana musuh kita. Untuk kemudian menggetarkan kaki kuda-kuda kita sampai ke ulu hati melewati baju besi mereka yang di hadapan kita. Saling membantu dan mengisi, berbagi dalam kelebihan dan kekurangan. Ya, kita kembalikan kewibawaan umat ini.

Islam itu tinggi dan tidak diungguli. (HR. Ad-Daraquthni, berderajat hasan menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari).

Ingatlah saudaraku. Sesungguhnya umar bin khattab pernah memberi contoh bagi kita bagaimana seorang muslim negarawan juga melindungi seorang yahudi. Kisah tulang untuk amru bin ash di mesir mungkin cukup mengingatkan kita bahwa seorang muslim beramanah untuk seluruh alam. Darah para syuhada telah dibuka pintu lebar untuk toleransi agama lain bahkan di tanah yang kita injak ini. Tapi lihat ketika islam adalah minoritas, lihat!

Masih tentang umar. Seorang uskup pernah salah mengira bahwa yang disambutnya di atas keledai justru sang pelayan khalifah, itu terjadi ketika akan menyerahkan kunci kota palestina. Dan seorang kurir juga pernah salah mengira ketika ada seorang yang tanpa alas kaki menuntun kudanya memasuki madinah, sampai kemudian ada yang menyapa,”ya amirul mukminin”.

Dan tentang umar lagi. Dia memecat salah seorang hakim yang dalam persidangan justru memudahkan urusannya untuk tidak berbuat adil. Dan mungkin takkan bosan tentang umar. Pernahkah kalian temukan ada seorang yang memarahi perutnya dengan berkata,”hai perut, biarlah kamu lapar tapi aku dulukan rakyatku” bahkan sampai dia sendiri meminggul gandum untuk seorang janda yang memakinya,”sungguh umar tak pantas menjadi khalifah”.

Dan kemudian lengkaplah kisah umar dengan tanggapan sahabatnya,”sungguh umar membuat susah pemimpin setelahnya” ya, hari ini, siapakah seorang pemimpin yang dapat menyamainya. Dimanakah sosok muslim negarawan itu akan lahir kembali. Mungkin kita tak perlu jauh, ada yang pernah membaca tak berapa lama sebuah artikel beredar bahwa seorang muhammad hatta ternyata masih memimpikan sepasang sepatu sampai kematiannya.

Kawan. Inilah karakter muslim negarawan itu. Mereka yang mementingkan umatnya di atas kepentingannya. Mereka yang berpikir tentang kemaslahatan umat dan mengusung persatuan. Namun hari ini, siapa? Siapa? Adakah seorang Natsir? Adakah seorang Sultan HB IX? Adakah seorang HOS Cokroaminoto?

Hari ini, memang belum. Karena hari ini kita masih perlu menangis. Entah keadaan menyudutkan para tokoh muslim kita. Atau mereka sendirilah yang belum ingin berjuang dengan menggunakan jaket mereka hanya sebagai jalan. Tapi apapun itu, bagi saya adalah penting kita mendukung apapun bentuk perjuangan umat islam. Agar muncul persatuannya. Agar muncul kemaslahatannya. Karena telah jelas di semua tempat ketika ideologi islam yang memimpin maka kemaslahatan lah yang muncul, tidak ada yang terdzolimi meski minoritas karena kita memahami konsep kafir dzimmi. Orang-orang yang tetap harus dilindungi.

"Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka sungguh ia mengganggu saya, dan barangsiapa mengganggu saya, maka sungguh ia mengganggu Allah." (Riwayat Thabarani) 

"Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka saya adalah musuhnya, dan barangsiapa memusuhi saya, maka akan saya musuhinya nanti di hari kiamat." (Riwayat al-Khatib)

"Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir 'ahdi, atau mengurangi haknya, atau memberi beban melebihi kemampuannya, atau mengambil sesuatu daripadanya dengan niat yang tidak baik, maka saya adalah pembelanya nanti di hari kiamat." (Riwayat Abu Daud)

Dengan tulisan ini saya ingin mengajak semua umat islam agar merendahkan hati kita, mendinginkan kepala kita. Bahwa urusan politik pun adalah tanggung jawab kita semua. Karena semua hal ( pendidikan, kesehatan, hukum, sosial) ada di tangan politik, namun bila kita memberi ruang untuk orang-orang bengis mengambil kursi yang sah, maka tunggulah kehancurannya. Dan inilah poin-poin itu:
  1. Melepaskan masalah poltik untuk tidak ikut mengambil peran adalah sebuah kedzaliman. Jika kita tidak memilliki orang-orang yang baik pada posisi penting, apakah kita akan membiarkan terjual aset warisan negeri?
  2. Bila belum mampu untuk memberikan dukungan maka setidaknya janganlah untuk ikut menyalahkan partai islam, apapun. Ingatlah perpecahan pada masa-masa perang salib sehingga hari ini kita tercecer dan terhina.
  3. Wajib bagi orang-orang islam yang memiliki jabatan publik agar amanah padanya. Tidak menggunakan jabatan itu untuk kepentingan partainya dengan membenarkan hal yang jelas salah. Profesional lah seperti umar, maka itu akan menguatkan kewibawaan islam.
  4. Dan jika suatu hari nanti kita mampu, berhimpunlah dalam satu. Sebagaimana kita telah merasakannya dalam perjuangan masyumi. Sebagaimana sultan HB IX pun merasakan pentingnya persatuan. Sebagaimana dua kerajaan besar dahulu (romawi dan persia) dapat terpenuhi janji nabi menguasai kedua ibu kotanya (konstaninopel dan istana putih).
Sungguh hari ini adalah desakan yang sangat besar untuk memancing emosi umat Islam. Akankah kita bersatu? Atau justru semua dari kita memanfaatkan situasi untuk keinginan kita. Namun semoga masih jelas loyalitas kita pada islam. Ingat bahwa wala’ dan bara’ adalah bagian dari aqidah islam, jadi dengan ketidakberpihakan kita pada kepentingan islam, atau malah kegirangan dengan jatuhnya dakwah adalah jelas dipertanyakan keislamannya.

Bagi semua analis yang cerdas dan rendah hati tentu akan secara jelas dapat memahami yang benar dan salah telah jelas. Demikianlah tulisan ini untuk memberikan gambaran bahwa sungguh sesuatu yang memalukan apabila kemampuan yang kita miliki tidak tersalurkan untuk membangun negeri ini atas label muslim negarawan sejati. Saya katakan muslim negarawan sejati seperti khalifah umar, seperti bung tomo. Mereka yang mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingannya. Bukan sekadar klaim atas frasa tadi. Kita akan sama-sama menanti seseorang yang berideologi islam kuat dan kemudian mampu mewadahi segala golongan untuk menggunakan potensi itu demi kemaslahatan.

Semoga lahir di antara kita, sosok yang ditunggu sang muslim negarawan. Yang membela tanah airnya dengan tulus dan kemudian meninggikan kewibawaan islam sebagai tali yang kita pegang. Dan kita pun menunggu persatuan umat islam atas isu yang sekarang beredar karena saya sangat yakin sebentar lagi akan ada yang bermain smash dengan mencitrakan sebagai golongan yang terdzolimi.  

 

 

ah, merinding berkali kali
nampaknya..kalau pak chanan membaca tulisan ini pun akan tersedu
muridnya yg dibanggakan..tlah mampu menggetarkan semangat muslim
tentu saya tak pernah lupa saat dengan lantang bapak menyampaikan "negeri ini adalah milik para ulama anak-anakku, negeri ini milik kalian!" dan saya pun masih merinding mengingat moment itu..
semoga bapak selalu sehat ya..salam rindu dari kami..ya, kami pak,anak2 bapak :') 

Tidak ada komentar: