Rabu, 07 Januari 2009

Romantisme itu...

Mengisi liburan dengan pergi ke toko buku sepertinya menyenangkan. Hari sabtu ini aku sudah janji sama mbak-ku mau belanja buku. Dengan menumpang sebuah bis, akhirnya kita sampe di toko buku. Mulailah pencarian buku-buku bagus nan berkualitas dimulai. Tapi, sepertinya hari ini kita kurang beruntung. Tak ada satu pun buku yang menarik untuk dibeli. Pada akhirnya pindahlah kita ke toko buku yang lain. Hmm..cukup banyak pengunjungnya, semoga buku yang dicari ada di sini. Baru sekitar 5 menit aku dan mbak-ku mencari-cari buku bagus nan berkualitas, mataku menangkap sesuatu, aku melihat ikhwan dan akhwat bergandengan tangan melihat-lihat buku. Mungkin mereka suami isteri, dan sepertinya memang begitu. Aaah indahnya melihat cinta yang bersemi pada waktunya. Mau ga mau, aku sering ngliat mereka karena toko bukunya lumayan sempit, ga seluas gramedia. Kadang suaminya mengambil sebuah buku, memberitahu istrinya, lantas mereka mendiskusikannya dengan mesra. Romantisme itu… Walaupun karena itu pengunjung lain jadi rikuh mau melihat atau memilih buku di deretan yang sama dengan mereka termasuk aku. Ga sabar aku berpura-pura melihat buku di deretan lain sementara buku yang aku cari ada di deretan itu. Tapi gimana lagi?
Melihat itu aku teringat ketika banyak teman-teman di rohis maupun di luar rohis menanyakan bagaimana jika perasaan cinta dirasakan sekarang, ketika pilihan untuk menikah masih tidak mungkin? Ini akan lebih sulit lagi jika ternyata kedua belah pihak memiliki perasaan yang sama. Membicaraka hal ini memang tak ada habisnya. Selalu ada, setiap generasi. Sudah tak heran lagi dengan merebaknya Virus Merah Jambu di kalangan para aktivis, sudah puluhan kali pula bahasan ini menjadi tema pokok diskusi, menjadi bahasan yang paling ditunggu-tunggu aktivis pemula, baik ikhwan ataupun akhwat. Heran juga, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, kenapa pula mendiskusikan hal ini akan lebih di utamakan. Mungkin memang perlu belajar. Butuh waktu. Proses.
Sangat disayangkan memang, jika penyeru-penyeru kebenaran justru terjebak pada lingkaran syetan yang terus membelenggunya dan membuatnya tidak berdaya. Apa yang harus dilakukan? Liqo udah, agar ke-konsisten-an ibadah bisa terjaga, agar tetap ingat akan tugas besar yang menanti. Berkumpul dengan orang-orang sholeh udah, berdoa udah. Tapi mungkin ada satu hal yang sering dilupakan, menjaga sikap dan tutur kata. Maksudnya bukan sekedar kita harus bersikap sopan santun dan sebagainya, atau bertutur dengan baik. Tapi bagaimana agar sikap kita tidak disalahartikan atau membuat ge-er orang yang bersangkutan atau membuat orang itu tahu kalau kita menaruh hati padanya atau membuat orang itu jadi kepikiran kita terus? Sadar atau tidak, sengaja atau tidak, komunikasi antara ikhwan dan akhwat sering jadi serba salah. Sebenarnya tak akan serba salah kalau memang benar-benar untuk kepentingan dakwah, bukan yang lain. Sms-sms taujih, perhatian yang tak semestinya, meminjami buku bacaan islami, diam-diam memberi sesuatu atau hanya sekedar berbagi cerita..lama-lama akan menimbulkan kesan lain. Saya bukan sedang melarang hal di atas, lagipula apa kapasitas saya untuk melarangnya. Semuanya kembali pada niat, tapi jangan sampai mengatasnamakan niat untuk melakukan hal maksiat.
Saudaraku..ingatlah kembali saat kita baru meniti jalan ini, saat idealisme dijunjung tinggi, saat prinsip begitu teguh dipegang, saat apapun tak sanggup menggoyahkan niat kita, dimana semua itu kini? adakah engkau telah melupakannya, mulai melonggarkan hijabmu, membiarkan perasaanmu terus tumbuh, membiarkan dirimu makin menjauh dari jalan dakwah? Romantisme itu, belum saatnya menjadi milik kita, dan suatu saat nanti kita pasti akan menemuinya dengan sangat manis jika kita menjaganya sekarang. Seperti pasangan di toko buku itu, terlihat sangat serasi, sangat bahagia.. Ukhti..mungkin suatu saat atau malah saat ini antuna merasa ada yang memperhatikan antuna, atau berusaha mendekati antuna, atau mungkin antuna sendiri yang kagum pada seseorang, jangan biarkan hatimu makin berlubang(kata seorang ukhti), segeralah berlari pada Pemilik Hatimu, cobalah bersikap sewajarnya, jangan pedulikan orang yang sedang berusaha mendekati antuna itu, kendalikan perasaanmu dan jangan biarkan terus berkembang. Antuna pasti bisa. Dan kalau antuna mengagumi seseorang, biarkan antuna dan orang itu hidup pada jalannya masing-masing, teruslah berdoa dan selalu berusaha memperbaiki diri agar kita pantas menjadi pendamping hidup orang yang sholih, suatu hari nanti. Akhi..entahlah kenapa saya jadi berpandangan lain tentang ikhwan setelah saya melihat kenyataan begitu banyak dari antum yang bahkan sudah menargetkan akan memperistri si A atau si B, sah-sah saja membuat target, tapi akan jadi keliru saya rasa jika antum memberi perhatian yang berlebih pada akhwat yang antum kagumi itu. Jika ada seseorang yang memperhatikannya, seorang wanita pastilah akan merasa tersanjung, sedikit atau banyak. Maka, bantulah kami menjaga hati kami, bantulah kami pada proses belajar ini dengan bersikap sewajarnya saja.
Afwan jika saya telah terlalu banyak berkata-kata, cobalah akhi, ukhti.. itu akan lebih indah, akan lebih memiliki makna.
Saya sudah mencobanya, dan ternyata ada perasaan lain yang jauuuh lebih indah ketika kita bisa mengemas perasaan kita hingga hari depan. Entah kapan.

3 komentar:

Suryo Nugroho mengatakan...

hmmmmm....

anti 1000% benar,...

hanya kata maaf yg bisa terucap (dalam hati lg T_T),...

hanya bisa mengajarkan keburukan, (mana kebaikannya,akhi?) (99,99% : 0,01%) itupun sudah alhamdulillah...

jazakumullah khoiron katsiro atas sindirannya... ^_^

Ayomi Albanna mengatakan...

Tidak ada sindiran dalam blog saya ini.. saya hanya menyampaikan apa yang saya rasakan dan apa yang saya fikirkan. Hanya itu, semoga memang bisa membawa satu pesan kebaikan. Semoga. Afwan jika ada yang tersinggung, sakit hati atau hanya sekedar merasa tersindir. Dengan apalagi menyampaikan, dimana lagi saya ungkapkan.. Blog ini memang "sound of heart"-nya saya. Sekali lagi afwan, sungguh saya tidak menyindir siapapun, lagi pula antum lebih tau dan paham daripada saya.

Suryo Nugroho mengatakan...

tidak ada yg tersinggung, marah ataupun sakit hati...

heran aja kok bisa ......

jd bs instropeksi ...