Selasa, 03 Februari 2009

mbuh..

“Kirana, kamu berubah. Aku ngrasa ini sejak kamu gabung sama temen-temen kamu yang berjilbab besar itu. Kenapa harus berubah sih Kirana?” -Ri, aku tetap sama seperti dulu, yang berubah dariku adalah pandanganku terhadap jalan hidup ini.. Kamu tau Ri? aku merasakan keindahan di sini, di jalan yang tlah kupilih ini..- “ya, tetapi keindahan itu ada dalam hati kan Kirana? aku juga sering merasakan keindahan itu”
-Chori, di SMA kita menemukan jalan kita masing-masing, kita tetap seperti dulu, tapi mungkin cara kita melihat hidup ini tlah berbeda. Kalau kamu mendaki gunung, atau kegiatan lain, kamu banyak melihat keindahan itu? kamu mengaguminya? Lantas, sebenarnya siapa yang kita kagumi saat melihat semua keindahan itu? Chori, kamu tau? atom-atom akan bergerak lebih cepat jika ia medekati pusatnya..- “Kirana, aku ngerti, ngerti.. Aku juga dulu pernah di Pesantren waktu masih di Sunda.. Tapi ga seperti kamu sekarang, yang menurutku lebih eksklusif” -Okelah Ri, kita sekarang memang berbeda jalan, tak masalah, kau tetap sahabatku, tapi aku selalu berharap,, suatu saat kau akan menjadi atom yang aku ceritakan tadi.-
SMS berhenti. Chori tak membalas smsku yang terakhir. Entah apa yang dia pikirkan.. atau mungkin pulsanya sudah habis. Aku meletakkan HPku lagi, kulanjutkan belajarku yang sempat terhenti.
Chori, dia adalah teman dan sahabatku waktu SMP, kita dekat dalam persahabatan. Aku tidak punya banyak teman laki-laki, hanya beberapa, tapi yang beberapa itu, semuanya sahabatku, termasuk Chori. Dulu, Chorilah yang sering ku ajak berdiskusi, curhat atau membicarakan berita2 terbaru tentang perangko. Ya, kita berdua memang hobi mengoleksi perangko. Dan kita sering bertukar perangko yang kita punya. Chori jugalah yang sering menjadi sainganku dalam hal prestasi akademik. Karena nilai kita yang bersaing pulalah, tanpa sengaja kita memilih melanjutkan ke sekolah yang sama, di kota kabupaten lain. Jujur, aku senang bisa bareng Chori lagi. “kita bisa sekelas ga ya di SMA?” begitu katanya sewaktu pendaftaran di SMA ku sekarang. –moga2 dey kita bisa sekelas lagi, kayak waktu di SMP..- begitu jawabku.
Sebenarnya aku belum lama mengenal Chori, baru satu tahun. Chori pindah ke SMP ku dulu waktu kelas tiga. Dan entah kenapa, kita begitu cepat dekat dan akrab. Ada hal lain yang membuatku mudah berteman dengannya, dia sangat mirip dengan kakakku, kata2nya dan sikap2 jailnya.
Kita sama-sama di terima di sekolah yang sama. Tapi, ternyata Allah tlah menyiapkan sebuah rencana yang tak pernah terpikir olehku. Pelan tapi pasti, aku dan Chori menemukan jalan yang berbeda dan kita sama-sama melangkah pada jalan itu.. Jauh masing-masing, dan ternyata itu membuat kita semakin jauh lagi. Suatu hari awal masuk sekolah setelah libur panjang, Chori akan menjabat tanganku dan aku tak mau, hanya tersenyum dan bersalaman sebagaimana muslimah seharusnya. Chori terkejut dan ia langsung pergi meninggalkanku. –apa yang dia pikirkan? aku coba memanggilnya. tapi ia tetap pergi. Dan sejak saat itu, jelaslah kita semakin jarang bertemu dan semakin tak tau kabar satu sama lain. Hingga malam ini. Chori akhirnya mengatakan semuanya padaku, tentang kekhawatirannya melihatku yang sekarang mengenakan jilbab yang lebih lebar. Ia mengatakannya, mengalir seperti saat masih SMP dulu.
Teman-temanku sekarang yang kebanyakan akhwat justru tidak tau, aku berteman baik dengan Chori. Maklumlah, kalau boleh aku bilang, citra kamunitas kami sangat berbeda dan bertolak belakang. Tak pernah ada yang terpikir, aku dan Chori bersahabat. Jika aku mengatakan Chori adalah sahabatku, teman-temanku akan menggeleng bersamaan dan mengatakan, “darimana kalian bisa ketemu? fikrohnya aja beda banget”

------------------------bersambung dulu lah--------------------------------------------

Tidak ada komentar: